Bagaimana menjadi wali bag. 3

Tahalli
Tahalli berarti terus menghias. Ia merupakan perkataan lawan bagi takhalli. Sesudah kita mujahadah yaitu mengosongkan hati dari sifat terkeji atau mazmumah. Segera pula kita menghiasi hati dengan sifat-sifat terpuji atau mahmudah. Supaya mudah difahami, kita coba gambarkan hati kita sebagai sebuah mangkuk. Selama ini mangkuk itu berisi sifat-sifat mazmumah. Setelah kita bermujahadah maka sifat-sifat itu keluar meninggalkan mangkuk kosong.. waktu itulah kita masukkan kedalam hati itu sifat mahmudah. Diantara sifat mahmudah yang patut menghiasi hati kita ialah :
  1. Jujur
  2. Ikhlas
  3. Tawadhuk
  4. amanah
  5. Taubat
  6. Berbaik sangka
  7. Takut kepada Allah
  8. Pemaaf
  9. Pemurah
  10. Syukur
  11. Ridha
  12. Sabar
  13. Rajin
  14. Berani
  15. Lapang dada
  16. lemah lembut
  17. Kasih sayang sesama mukmin
  18. Selalu ingat mati
  19. Tawakal
  20. Zuhud

Untuk mengisi hati dengan sifat mahmudah kita perlu sekali lagi mujahadah. Saya tegaskan lagi bahwa dalam peringkat mujahadah kita masih terasa berat dan susah. Maknanya belum ada ketenangan dan kelezatan yang sebenar-benarnya. Insya Allah, kalau kita bersungguh-sungguh, lama kelamaan akan terasa lezatnya.
Cara-cara mujahadah dalam tahalli samalah seperti kita mujahadah untuk takhalli. Misalnya kita menghiasi hati dengan sifat pemurah. Maka kita mujahadah dengan mengeluarkan harta atau barang kita, terutama yang kita suka dan sayang, untuk diberi pada yang memerlukannya. Mulanya tentu terasa berat dan payah. Tetapi jangan menyerah. Kita lawan. Ingatkan hati bagaimana orang-orang muqarrobin berebut-rebut untuk mendapatkan pahala sedekah. Sayidatina Aisyah r.a diwaktu tiada apa-apa untuk dimakan, beliau coba juga mendapatkan hanya sebelah kurma untuk disedekahkan. Begitu inginnya mereka pada pahala dan rindunya pada syurga. Mereka berlomba-lomba menyahut pertanyaan Allah Swt : “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik. Maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan dia akan memperolehi pahala yang banyak”. (Al-Hadid : 11)
Setiap kali kita rasa sayang pada harta kita, setiap itu pula kita keluarkannya. Insya Allah lama-kelamaan kita akan memiliki sifat pemurah.
Begitu juga dengan sifat-sifat mahmudah yang lain seperti kasih sayang, berani, tawadhuk, ridha, sabar dan lain-lain, perlulah kita miliki dan untuk itu perlu bermujahadah. Jika tidak, iman juga turut hilang sebab iman itu berdiri diatas sifat-sifat mahmudah.
Tajalli
sebagai hasil mujahadah dalam takhalli dan tahalli, kita memperoleh tajalli. Yaitu sejenis perasaan yang datang sendiri tanpa memerlukan usaha lagi. Agak sukar untuk ditulis apa itu tajalli yang sebenarnya. Ini adalah karna ia adalah sejenis perasaan yang hanya mungkin dimengerti oleh orang-orang yang merasainya. Sepertilah gula, tidak akan dapat digambarkan secara tepat kemanisannya kecuali dengan merasainya.
Tajalli secara ringkas ialah perasaan lapang, tenang dan bahagia. Hati seakan-akan celik, hidup, nampak dan terasa kebesaran Allah. Ingatan dan rindu penuh tertuju pada Allah. Harapan dan pergantungan tidak pada lain lagi selain dari Allah. Seluruh amal bakti adalah karna dan untuk Allah semata-mata. Apa saja masalah hidup, dihadapi dengan tenang dan bahagia, tidak ada pun kesusahan dalam hidupnya, sebab semua itu dirasakan pemberian dari kekasihnya Allah Swt.
kalau begitu, bagi orang-orang yang beriman, dunia ini sudah terasa bagaikan syurga. Kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan sejati dan abadi yaitu kebahagiaan hati.
Seorang salik sebagaimana yang dinyatakan itu memerlukan guru mursyid untuk memimpinnya menuju ke peringkat yang lebih tinggi. memang sukar untuk mencari guru mursyid yang mempunyai pandang tembus terhadap hati manusia dan mempunyai kemampuan unuk membentuk murid menjadi wali Allah diakhir zaman ini. Tapi hanya inilah jalan keselamatan untuk menjamin agar tidak tergelincir ke dalam jurang kerohanian yang dalam atau tersesat kedalam hutannya yang tebal.
Menjadi wali Allah adaah kedudukan yang tertinggi di sisi Allah bagi orang awam seperti kita. Ini bermakna, makin tinggi tempat yang dipanjat maka makin tinggilah risikonya kalau tergelincir. Ibarat seorang yang mendaki gunung yang tinggi lebih besar risikonya dari seorang yang mendaki sebuah bukit. Justru itu, seorang pemandu sebagai penunjuk jalan amat diperlukan untuk membimbingnya kepuncak gunung agar tidak tersesat didalam hutannya dan supaya tidak terjatuh kedalam jurangnya. Mungkin juga ada yang menyatakan ia mampu untuk sampai ke puncak gunung tanpa pemandu tetapi itu adalah kisah satu didalam seratus ribu yang tidak boleh dijadikan patokan orang banyak. Menurut kaedah usul fiqh : “Sesuatu yang luar biasa tidak boleh dijadikan hukum”.
Tersesat dihutan atau terjatuh kedalam jurang ketika mendaki gunung hanya mengakibatkan kesakitan anggota lahir ataupun kalau mati, ia tidak mencacatkan iman. Tapi tersesat dihutan rohani atau terjatuh kedalam jurangnya akan mengakibatkan kesakitan dan kerusakan batin. Kerusakan batin akan membawa diri masuk kedalam neraka. Firman Allah : :”Dihari kiamat harta dan anak tidak berguna lagi, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang sejahtera bersih. (Asy-Syuara : 88-89)
Seorang salik yang sedang menempuh suluk dengan mujahadah dan mendirikan amalan-amalan sunat akan terbuka kepadanya pandangan ke alam gaib dan kejadian-kejadian yang luar biasa yang dinamakan karamah. Kelebihan-kelebihan ini mudah membuahkan rasa sumaah, ujub, riya, takabur kalau tidak dikawal dengan keikhlasan beribadah kepada Allah. Iman juga senantiasa pasang surut diperingkat ini dan waktu surut adalah saat yang bahaya karna syaitan senantiasa menanti peluang untuk memperkudakan anak adam untuk dimusnahkan. Menurut riwayat yang tertulis, syaithan telah berjaya menyesatkan 70.000 orang wali-wali Allah. Firman Allah : “Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”. (Yusuf:5)
ketika inilah guru mursyid sangat diperlukan untuk memimpin murid karna penglihatan hatinya yang tajam dapat mengesan penyakit-penyakit yang sedang menyerang muridnya. Bahkan guru mursyid mampu memberi jalan keluat kepada anak muridnya yang sedang diperkudakan oleh syaithan.
Telah berlaku satu kisah tersesat dialam rohani yang dialami oleh seorng murid Junaid Al-Baghdadi. Setiap hari murid itu telah dibawa ke satu alam yang penuh dengan kelezatan, alam yang disangkanya alam makhrifah akan Allah SWT. dialam yang penuh dengan wangi-wangian itu, simurid telah dilayani oleh wanita-wanita cantik dan dihidangkan dengan makanan yang lezat-lezat. Murid itu merasa heran dengan kelebihan yang diperolehinya. Setelah lama berlalu, barulah murid itu menceritakan kepada gurunya yaitu Junaid Al-Baghdadi. Dengan pandangan mukasyafah (pandang tembus), Junaid telah nampak apa yang berlaku pada anak muridnya, Junaid mengarahkan anak muridnya mengucap : “Walaa haula walaa quwwata illa billah” “Tiada daya upaya dan kekuatan melainkan kekuasaan Allah taala.
Apabila dibawa kesana lagi, anak muridnya telah mematuhi arahan gurunya walaupun pada mulanya ia hampir terlupa karna keasyikkan. Disaat itu juga murid itu mendapati dirinya berada didalam sebuah tong najis dan syaithan-syaithan yang menjelma sebagai wanita-wanita cantik itu telah menjerit-jerit dan lari ketakutan. Rupanya murif itu telah ditipu oleh syaithan dengan dibawa kedalam jamban.
Berdasarkan pengalaman yang dialami oleh murid Junaid Al-Baghdadi itu, maka disinilah betapa pentingnya peranan guru mursyid supaya seorang murid itu tidak terus tersesat atau terjatuh kedalam jurang alam rohani yang mengerikan.
Didalam kisah yang lain, seorang lagi murid Junaid Al-Baghdadi telah berhasil dipengaruhi syetan. Murid itu merada dia telah berhasil mencapai jalan kesempurnaan menuju Allah dan tidak perlu berdamping dengan Aulia Allah lagi. Murid itu pun memencilkan diri dan katanya setiap hari dia dikunjungi oleh malaikat dengan membawa unta yang berhias untuk membawanya ke langit. Apabila diketahui oleh Junaid, beliaupun tinggal semalaman dengan muridnya itu dan berpesan supaya berkata : “Kamu pesuruh Iblis, pergi Jahanamlah kamu!”
Apabila dibawa ke langit murid itu menyebut perkataan tersebut. Akibatnya syaithan yang menjelma sebagai malaikat dan unta itu lari dan didapati dirinya duduk diatas tong sampah dan rangka-rangka bangkai binatang yang bertaburan. Murid itu bertaubat dan meminta Junaid membimbingnya kembali. Junaid berkata dengannya : “Memencil diri bagi orang yang dalam permulaan suluk menuju Allah adalah bahaya, berdamping dengan guru mursyid adalah perlu.”
tegasnya guru mursyid perlu untuk memimpin salik yang menempuh suluk untuk menjadi wali karna guru mursyid mampu memimpin rohani murid dan arif dalam menyampaikan ilmu mengikut kemampuan murid yang berbeda. Guru mursyid boleh mengenali mana satu murid yang masih diawal suluk, mana satu murid yang dipertengahan suluk dan mana satu murid yang sudah berada di pengujung suluk.
Bentuk tarbiyah dan ilmu yang disampaikan oleh guru mursyid berbeda-beda mengikuti tahap mereka. Ada murid yang perlu dirotan rohaninya dan kemudian baru diberi ilmu. Ada murid hanya perlu diisi ilmu karna rohaninya telah bersih ibarat sebuah pelita yang sudah berisi minyak, hanya perlu dikasih api saja. Tapi bagi pelita yang masih kosing, dua kerja perlu dilakukan yaitu mengisi minyak dan memberi api. Tugas-tugas ini hanya mampu dilakukan oleh guru mursyid sebagaimana dus obat untuk orang sakit ynag hanya boleh diberikan oleh dokter.
Para peringkat awal salik, wali-wali besar pada umumnya mempunyai guru mursyid yang memimpin mereka. Hujjatul Islam Imam Ghazali, mempunyai guru yang banyak jumlah. Diantara mereka itu, guru yang paling terkenal ialah Imam Haramain yang banyak membimbing beliau dalam bidang tasawuf. Syeikh Abdul Kadir Jailani yang menduduki tingkat wali Qutub (Ketua bagi segala wali) juga mempunyai banyak guru. Dan diantara mereka, yang paling menonjol adalah Syeikh Hamad Dabbas.
Begitulah juga halnya dengan Rabiatul Adawiyah. Ketika dalam saliknya, beliau meninggalkan kemungkaran menuju ke alam sufi ialah dibawah phmpinan seorang guru bernama Imam Tsauban bin Ibrahim. Akhirnya Rabiatul Adawiyah telah menjadi wali besar yang ilmunya dikagumi oleh orang banyak termasuk Hasan Al-Basri.
Kesimpulannya seorang yang mau menjadi wali Allah mesti ada persediaan yang tepat seperti juga seorang yang mau menjadi wali nikah. Tidak berhak seorang menjadi wali nikah terhadap anak perempuan hasil dari bersekedudukan tanpa nikah. Demikian juga seorang anak daripada anak luar nikah tidak ada harapan menjadi wali Allah.
Sekiranya anak perempuan duduk berjauhan dari walinya lebih daripada 2 marhalah maka ia tidak berhak menjadi wali nikah. Demikian juga seorang yang jauh dari tuhannya maksudnya hatinya jauh dari Allah, maka ia tidak layak menjadi wali Allah.
Orang yang mempunyai anak perempuan yang nakal disebabkan kelalaiannya mendidik, dan anak perempuannya hendak berkawin dengan lelaki pilihannya sedangkan ia tidak mau menikahkannya, maka ketika ini hak kewalian dilucut walaupun ia seorang abid. Demikian juga seorang yang tidak mendidik kaum keluarganya sehingga kaum keluarganya menjadi liar maka ia tidak berhak menjadi wali Allah.
Setelah semua syarat-syarat ini dilengkapi maka tunggu sajalah habuan dari Allah sama anda akan dilantik untuk menjadi wali ataupun sebaliknya. Perlu juga diingatkan bahwa walaupun kita sudah berusaha menempuh suluk para wali tapi pelantikan itu adalah semata-mata hak Allah jua dan bukan hak manusia. (Sumber buku Bagaimana Menjadi Wali Hal : 30-38 “dengan sedikit edit kata-kata)

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...