Tahalli
Tahalli berarti terus menghias. Ia
merupakan perkataan lawan bagi takhalli. Sesudah kita mujahadah yaitu
mengosongkan hati dari sifat terkeji atau mazmumah. Segera pula kita
menghiasi hati dengan sifat-sifat terpuji atau mahmudah. Supaya mudah
difahami, kita coba gambarkan hati kita sebagai sebuah mangkuk.
Selama ini mangkuk itu berisi sifat-sifat mazmumah. Setelah kita
bermujahadah maka sifat-sifat itu keluar meninggalkan mangkuk
kosong.. waktu itulah kita masukkan kedalam hati itu sifat mahmudah.
Diantara sifat mahmudah yang patut menghiasi hati kita ialah :
-
Jujur
-
Ikhlas
-
Tawadhuk
-
amanah
-
Taubat
-
Berbaik sangka
-
Takut kepada Allah
-
Pemaaf
-
Pemurah
-
Syukur
-
Ridha
-
Sabar
-
Rajin
-
Berani
-
Lapang dada
-
lemah lembut
-
Kasih sayang sesama mukmin
-
Selalu ingat mati
-
Tawakal
-
Zuhud
Untuk mengisi hati dengan sifat
mahmudah kita perlu sekali lagi mujahadah. Saya tegaskan lagi bahwa
dalam peringkat mujahadah kita masih terasa berat dan susah. Maknanya
belum ada ketenangan dan kelezatan yang sebenar-benarnya. Insya
Allah, kalau kita bersungguh-sungguh, lama kelamaan akan terasa
lezatnya.
Cara-cara mujahadah dalam tahalli
samalah seperti kita mujahadah untuk takhalli. Misalnya kita
menghiasi hati dengan sifat pemurah. Maka kita mujahadah dengan
mengeluarkan harta atau barang kita, terutama yang kita suka dan
sayang, untuk diberi pada yang memerlukannya. Mulanya tentu terasa
berat dan payah. Tetapi jangan menyerah. Kita lawan. Ingatkan hati
bagaimana orang-orang muqarrobin berebut-rebut untuk mendapatkan
pahala sedekah. Sayidatina Aisyah r.a diwaktu tiada apa-apa untuk
dimakan, beliau coba juga mendapatkan hanya sebelah kurma untuk
disedekahkan. Begitu inginnya mereka pada pahala dan rindunya pada
syurga. Mereka berlomba-lomba menyahut pertanyaan Allah Swt :
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik.
Maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan
dia akan memperolehi pahala yang banyak”. (Al-Hadid : 11)
Setiap kali kita rasa sayang pada harta
kita, setiap itu pula kita keluarkannya. Insya Allah lama-kelamaan
kita akan memiliki sifat pemurah.
Begitu juga dengan sifat-sifat mahmudah
yang lain seperti kasih sayang, berani, tawadhuk, ridha, sabar dan
lain-lain, perlulah kita miliki dan untuk itu perlu bermujahadah.
Jika tidak, iman juga turut hilang sebab iman itu berdiri diatas
sifat-sifat mahmudah.
Tajalli
sebagai hasil mujahadah dalam takhalli
dan tahalli, kita memperoleh tajalli. Yaitu sejenis perasaan yang
datang sendiri tanpa memerlukan usaha lagi. Agak sukar untuk ditulis
apa itu tajalli yang sebenarnya. Ini adalah karna ia adalah sejenis
perasaan yang hanya mungkin dimengerti oleh orang-orang yang
merasainya. Sepertilah gula, tidak akan dapat digambarkan secara
tepat kemanisannya kecuali dengan merasainya.
Tajalli secara ringkas ialah perasaan
lapang, tenang dan bahagia. Hati seakan-akan celik, hidup, nampak dan
terasa kebesaran Allah. Ingatan dan rindu penuh tertuju pada Allah.
Harapan dan pergantungan tidak pada lain lagi selain dari Allah.
Seluruh amal bakti adalah karna dan untuk Allah semata-mata. Apa saja
masalah hidup, dihadapi dengan tenang dan bahagia, tidak ada pun
kesusahan dalam hidupnya, sebab semua itu dirasakan pemberian dari
kekasihnya Allah Swt.
kalau begitu, bagi orang-orang yang
beriman, dunia ini sudah terasa bagaikan syurga. Kebahagiaan mereka
adalah kebahagiaan sejati dan abadi yaitu kebahagiaan hati.
Seorang salik sebagaimana yang
dinyatakan itu memerlukan guru mursyid untuk memimpinnya menuju ke
peringkat yang lebih tinggi. memang sukar untuk mencari guru mursyid
yang mempunyai pandang tembus terhadap hati manusia dan mempunyai
kemampuan unuk membentuk murid menjadi wali Allah diakhir zaman ini.
Tapi hanya inilah jalan keselamatan untuk menjamin agar tidak
tergelincir ke dalam jurang kerohanian yang dalam atau tersesat
kedalam hutannya yang tebal.
Menjadi wali Allah adaah kedudukan yang
tertinggi di sisi Allah bagi orang awam seperti kita. Ini bermakna,
makin tinggi tempat yang dipanjat maka makin tinggilah risikonya
kalau tergelincir. Ibarat seorang yang mendaki gunung yang tinggi
lebih besar risikonya dari seorang yang mendaki sebuah bukit. Justru
itu, seorang pemandu sebagai penunjuk jalan amat diperlukan untuk
membimbingnya kepuncak gunung agar tidak tersesat didalam hutannya
dan supaya tidak terjatuh kedalam jurangnya. Mungkin juga ada yang
menyatakan ia mampu untuk sampai ke puncak gunung tanpa pemandu
tetapi itu adalah kisah satu didalam seratus ribu yang tidak boleh
dijadikan patokan orang banyak. Menurut kaedah usul fiqh : “Sesuatu
yang luar biasa tidak boleh dijadikan hukum”.
Tersesat dihutan atau terjatuh kedalam
jurang ketika mendaki gunung hanya mengakibatkan kesakitan anggota
lahir ataupun kalau mati, ia tidak mencacatkan iman. Tapi tersesat
dihutan rohani atau terjatuh kedalam jurangnya akan mengakibatkan
kesakitan dan kerusakan batin. Kerusakan batin akan membawa diri
masuk kedalam neraka. Firman Allah : :”Dihari kiamat harta dan anak
tidak berguna lagi, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan
hati yang sejahtera bersih. (Asy-Syuara : 88-89)
Seorang salik yang sedang menempuh
suluk dengan mujahadah dan mendirikan amalan-amalan sunat akan
terbuka kepadanya pandangan ke alam gaib dan kejadian-kejadian yang
luar biasa yang dinamakan karamah. Kelebihan-kelebihan ini mudah
membuahkan rasa sumaah, ujub, riya, takabur kalau tidak dikawal
dengan keikhlasan beribadah kepada Allah. Iman juga senantiasa pasang
surut diperingkat ini dan waktu surut adalah saat yang bahaya karna
syaitan senantiasa menanti peluang untuk memperkudakan anak adam
untuk dimusnahkan. Menurut riwayat yang tertulis, syaithan telah
berjaya menyesatkan 70.000 orang wali-wali Allah. Firman Allah :
“Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia”.
(Yusuf:5)
ketika inilah guru mursyid sangat
diperlukan untuk memimpin murid karna penglihatan hatinya yang tajam
dapat mengesan penyakit-penyakit yang sedang menyerang muridnya.
Bahkan guru mursyid mampu memberi jalan keluat kepada anak muridnya
yang sedang diperkudakan oleh syaithan.
Telah berlaku satu kisah tersesat
dialam rohani yang dialami oleh seorng murid Junaid Al-Baghdadi.
Setiap hari murid itu telah dibawa ke satu alam yang penuh dengan
kelezatan, alam yang disangkanya alam makhrifah akan Allah SWT.
dialam yang penuh dengan wangi-wangian itu, simurid telah dilayani
oleh wanita-wanita cantik dan dihidangkan dengan makanan yang
lezat-lezat. Murid itu merasa heran dengan kelebihan yang
diperolehinya. Setelah lama berlalu, barulah murid itu menceritakan
kepada gurunya yaitu Junaid Al-Baghdadi. Dengan pandangan mukasyafah
(pandang tembus), Junaid telah nampak apa yang berlaku pada anak
muridnya, Junaid mengarahkan anak muridnya mengucap : “Walaa haula
walaa quwwata illa billah” “Tiada daya upaya dan kekuatan
melainkan kekuasaan Allah taala.
Apabila dibawa kesana lagi, anak
muridnya telah mematuhi arahan gurunya walaupun pada mulanya ia
hampir terlupa karna keasyikkan. Disaat itu juga murid itu mendapati
dirinya berada didalam sebuah tong najis dan syaithan-syaithan yang
menjelma sebagai wanita-wanita cantik itu telah menjerit-jerit dan
lari ketakutan. Rupanya murif itu telah ditipu oleh syaithan dengan
dibawa kedalam jamban.
Berdasarkan pengalaman yang dialami
oleh murid Junaid Al-Baghdadi itu, maka disinilah betapa pentingnya
peranan guru mursyid supaya seorang murid itu tidak terus tersesat
atau terjatuh kedalam jurang alam rohani yang mengerikan.
Didalam kisah yang lain, seorang lagi
murid Junaid Al-Baghdadi telah berhasil dipengaruhi syetan. Murid itu
merada dia telah berhasil mencapai jalan kesempurnaan menuju Allah
dan tidak perlu berdamping dengan Aulia Allah lagi. Murid itu pun
memencilkan diri dan katanya setiap hari dia dikunjungi oleh malaikat
dengan membawa unta yang berhias untuk membawanya ke langit. Apabila
diketahui oleh Junaid, beliaupun tinggal semalaman dengan muridnya
itu dan berpesan supaya berkata : “Kamu pesuruh Iblis, pergi
Jahanamlah kamu!”
Apabila dibawa ke langit murid itu
menyebut perkataan tersebut. Akibatnya syaithan yang menjelma sebagai
malaikat dan unta itu lari dan didapati dirinya duduk diatas tong
sampah dan rangka-rangka bangkai binatang yang bertaburan. Murid itu
bertaubat dan meminta Junaid membimbingnya kembali. Junaid berkata
dengannya : “Memencil diri bagi orang yang dalam permulaan suluk
menuju Allah adalah bahaya, berdamping dengan guru mursyid adalah
perlu.”
tegasnya guru mursyid perlu untuk
memimpin salik yang menempuh suluk untuk menjadi wali karna guru
mursyid mampu memimpin rohani murid dan arif dalam menyampaikan ilmu
mengikut kemampuan murid yang berbeda. Guru mursyid boleh mengenali
mana satu murid yang masih diawal suluk, mana satu murid yang
dipertengahan suluk dan mana satu murid yang sudah berada di
pengujung suluk.
Bentuk tarbiyah dan ilmu yang
disampaikan oleh guru mursyid berbeda-beda mengikuti tahap mereka.
Ada murid yang perlu dirotan rohaninya dan kemudian baru diberi ilmu.
Ada murid hanya perlu diisi ilmu karna rohaninya telah bersih ibarat
sebuah pelita yang sudah berisi minyak, hanya perlu dikasih api saja.
Tapi bagi pelita yang masih kosing, dua kerja perlu dilakukan yaitu
mengisi minyak dan memberi api. Tugas-tugas ini hanya mampu dilakukan
oleh guru mursyid sebagaimana dus obat untuk orang sakit ynag hanya
boleh diberikan oleh dokter.
Para peringkat awal salik, wali-wali
besar pada umumnya mempunyai guru mursyid yang memimpin mereka.
Hujjatul Islam Imam Ghazali, mempunyai guru yang banyak jumlah.
Diantara mereka itu, guru yang paling terkenal ialah Imam Haramain
yang banyak membimbing beliau dalam bidang tasawuf. Syeikh Abdul
Kadir Jailani yang menduduki tingkat wali Qutub (Ketua bagi segala
wali) juga mempunyai banyak guru. Dan diantara mereka, yang paling
menonjol adalah Syeikh Hamad Dabbas.
Begitulah juga halnya dengan Rabiatul
Adawiyah. Ketika dalam saliknya, beliau meninggalkan kemungkaran
menuju ke alam sufi ialah dibawah phmpinan seorang guru bernama Imam
Tsauban bin Ibrahim. Akhirnya Rabiatul Adawiyah telah menjadi wali
besar yang ilmunya dikagumi oleh orang banyak termasuk Hasan
Al-Basri.
Kesimpulannya seorang yang mau menjadi
wali Allah mesti ada persediaan yang tepat seperti juga seorang yang
mau menjadi wali nikah. Tidak berhak seorang menjadi wali nikah
terhadap anak perempuan hasil dari bersekedudukan tanpa nikah.
Demikian juga seorang anak daripada anak luar nikah tidak ada harapan
menjadi wali Allah.
Sekiranya anak perempuan duduk
berjauhan dari walinya lebih daripada 2 marhalah maka ia tidak berhak
menjadi wali nikah. Demikian juga seorang yang jauh dari tuhannya
maksudnya hatinya jauh dari Allah, maka ia tidak layak menjadi wali
Allah.
Orang yang mempunyai anak perempuan
yang nakal disebabkan kelalaiannya mendidik, dan anak perempuannya
hendak berkawin dengan lelaki pilihannya sedangkan ia tidak mau
menikahkannya, maka ketika ini hak kewalian dilucut walaupun ia
seorang abid. Demikian juga seorang yang tidak mendidik kaum
keluarganya sehingga kaum keluarganya menjadi liar maka ia tidak
berhak menjadi wali Allah.
Setelah semua syarat-syarat ini
dilengkapi maka tunggu sajalah habuan dari Allah sama anda akan
dilantik untuk menjadi wali ataupun sebaliknya. Perlu juga diingatkan
bahwa walaupun kita sudah berusaha menempuh suluk para wali tapi
pelantikan itu adalah semata-mata hak Allah jua dan bukan hak
manusia. (Sumber buku Bagaimana Menjadi Wali Hal : 30-38 “dengan
sedikit edit kata-kata)
No comments:
Post a Comment