Bagaimana menjadi wali bag. 13

Nasib umat islam hari ini sungguh malang sekali, Umat Islam telah ketinggalan dalam serba-serbi dan semua bidang jika dibandingkan dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh orang-orang kafir. Sejarah kegemilangan Islam zaman Rasulullah dan para sahabat hanya tinggal sebagai pusaka antik untuk renungan. Tidak ada lagi yang mau mengambil manfaat daripadanya dnegan mengkaji dimana sumber kekuatan mereka supaya kegemilangan Islam dapat berulang. Alhasil, hilanglah taring umat Islam, yang tinggal hanya gusi tanpa gigi, untuk digunakan mengunyah nasi pun sudah tidak mampu lagi.
Semua ini hasil dari sikap umat Islam hari ini yang menolak dan tidak mempercayai persoalan-persoalan kerohanian. sedangkan bila disebut persoalan kerohanian maka ia berhubung kait dengan iman dan taqwa. Iman dan taqwalah yang telah meletakkan umat Islam di zaman Rasulullah dan para sahabat ditahap kemuliaan dan keagungan. Apabila umat Islam hari ini menolak persoalan kerohanian maka bermakna mereka telah meletakkan diri dalam lembah kehinaan.
Kedudukan umat Islam menjadi bertambah hina apabila di bidang ilmu pengetahuan pun mereka mengambil dari orang-orang kafir. Ilmu pengetahuan yang disusun oleh orang-orang kafir tentulah disusun berdasarkan aqidah mereka. Akibatnya, umat Islam yang tamat belajar dengan orang kafir dan diberi sijil dan ukuran daya keintelektualan, selalunya akan menolak persoalan-persoalan kerohanian. Bagi mereka kerohanian adalak puncak kelembapan dan kemunduran tamadun umat Islam. Begitulah dangkal dan dahsyatnya pikiran orang-orang yang berguru dengan orang-orang kafir, yang benar jadi salah dan yang salah jadi benar.
Kononnya ilmu pengetahuan dari orang-orang kafir boleh bawa kemajuan kepada umat Islam tetapi hingga ke hari ini umat Islam masih berada dibawah tapak kaki orang-orang kafir. Tidak bolehkah golongan yang mendapat 'title' intelektual berfikir sejenak akan hakikat ini? Ampun maaf seandainya kata-kata saya ini keterlaluan, tapi inilah kenyataan yang sedang berlaku dihadapan mata kita. Hati mana yang bisa tahan melihat nasib umat Islam ditimpa malang yang tidak sudah-sudah.
Dibidang ekonomi, umat Islam masih berada dibawah cengkraman kapitalis yang tidak ubah bagai lintah darat. Di bidang perobatan juga masih bergantung pada obat-obatan buatan orang kafir yang boleh melemahkan urat saraf umat Islam sendiri. Dibidang ketentaraan, orang kafir boleh menindas umat Islam sewenang-wenangnya seperti apa yang berlaku pada umat Islam di Iraq. Di bidang pemerintahan, Umat Islam ditentukan oleh kuasa veto di Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Kenapa keintelektualan yang dianugerah oleh orang-orang kafir tidak membela kembali maruah umat Islam ini? Kenapa tidak digunakan keintelektualan itu untuk membina kembali empayar Islam?
Jawabannya, sebenarnya keintelektualan yang dianugerah oleh orang-orang kafir tidak akan dapat memulangkan kembali maruah umat Islam! Saya bercakap bukan berdasarkan emosi atau sembarang sentimen tetapi berdasarkan hujah dari Firman Allah SWT : “Allah Pembela bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Al-Jathiyah:19)
Ilmu pengetahuan dari orang-orang kafir memisahkan persoalan kerohanian (iman dan taqwa) dengan realiti kehidupan. Sedangkan dalam Islam, kemajuan hidup hanya boleh dicapai dengan adanya kerohanian. Justru itu, tidak ada kompromi diantara ilmu pengetahuan umat Islam dengan ilmu pengetahuan orang-orang kafir karna ia datang dari berlainan sumber. Ilmu pengetahuan umat Islam bersumberkan dari yang hak, sedangkan ilmu pengetahuan orang-orang kafir bersumberkan dari yang batil. Kalau ada pun sudut-sudut kebaikan ilmu pengetahuan dari orang-orang kafir maka itu adalah bersumberkan matan ilmu pengetahuan umat Islam dahulu kala yang telah dicuri sewaktu berlaku perang salib.
Maruah umat Islam hanya akan terbela apabila ilmu pengetahuannya diambil dari sumber yang hak yaitu dari Allah SWT, yaitu ilmu pengetahuan yang boleh membawa kemajuan lahiriah dan batiniah seperti ilmu yang dikurnia kepada wali-wali Allah. Jangan saudara mengganggap ini suatu perkara lucu bila dikatakan ilmu wali-wali Allah boleh membawa kemajuan lahiriah dan batiniah. Ketahuilah bahwa kemajuan lahiriah dan batiniah yang dicapai oleh umat Islam di zaman ummah pertama adalah bersumberkan ilmu dari Allah yang dikurnia kepada Rasul dan nabi-nabi yang dinamakan ilmu wahyu. Oleh itu tidak salah kalau saya katakan bahwa ilmu wali-wali Allah yang dinamakan Ilmu Ilham yang juga bersumber dari Allah boleh membawa kemajuan kepada umat Islam. Ini adalah karna ilmu ilham adalah ilmu untuk memperkuat, memperbaharui dan mengingati kembali ilmu wahyu. Ini bukan bermakna status ilmu wahyu itu lemah tetapi pengamal -pengamal ilmu wahyu itu yang lemah. Kesempurnaan ilmu wahyu telah diperjelaskan oleh Allah di dalam Al-Quran. Firman Allah : “Pada hari ini Aku telah sempurnakan untuk kamu Agamamu” (Al-Maidah : 3)
Walaupun ilmu ilham tidak menjadi syarie ataupun pandangannya tidak wajib menjadi pegangan namun ilmu ilham mempunyai peranan yang penting untuk membangunkan kembali tamadun manusia. Gabungan antara ilmu wahyu dan ilmu ilhamlah yang akan membangunkan kembali tamadun islam pada zaman ummah yang kedua. Ilmu wahyu telah tamat dengan wafatnya Rasulullah SAW, tetapi ilmu ilham senantiasa terbuka pintunya hingga ke akhir zaman sebagai pertanda rahmat Allah supaya umat Islam tidak berterusan didalam kelalaian.
Kemampuan ilmu ilham lebih canggih dari sembarang alat ciptaan manusia yang dihasilkan oleh kemajuan sains dan teknologi. Sekalipun satelit dikabarkan sebagai alat yang paling berkesan untuk mengesan berita tetapi satelit hanya terbatas kepada mengumpul maklumat-maklumat lahir saja dan terbatas pula jangkauan tempatnya. Sedangkan ilmu ilham mampu mengumpul maklumat-maklumat menjangkau hingga ke tempat-tempat yang tersembunyi dan mampu mengumpul maklumat-maklumat yang tersurat dan tersirat sampai mengetahui apa yang berada didalam hati manusia. Sabda Rasulullah : “Takutlah kamu pada firasat orang mukmin, karna ia itu melihat dengan nur Allah. (Riwayat Tirmidzi).

Keberuntungan dari Ilmu Ilham wali-wali Allah
1, Dengan ilmu ilham wali-wali Allah, segala rahasia yang sulit dapat dibongkar tanpa dapat disembunyikan walaupun sehalus jarum. Umat Islam mendapat keberuntungan karna tidak mudah dibohongi oleh musuh. Putar belit mereka sama ada dalam bidang pendidikan, ekonomi, perobatan, ketentaraan atau sembarang bentuk perhubungan umat Islam dengan mereka, semuanya dapat dibongkar. Kemampuan umat Islam mengetahui rahasia yang tersembunyi boleh menundukkan kesombongan orang-orang kafir yang senantiasa merasa mereka serba tahu dan serba boleh dalam semua bidang.
Dengan ilmu ilham, Sayidina Abu Bakar dapat mengetahui janin anaknya ketika berada didalam kandungan istrinya lagi. Sayidina Usman bin Affan pula dapat mengetahui mata Anas bin Malik telah melihat perempuan sebelum masuk menemui beliau. “Masuk sekarang seorang lelaki dari kalangan kamu sedang pada matanya terdapat kesan zina.”
Maka berkatalah Anas bin Malik, “Adakah wahyu masih turun sesudah rasulullah SAW?”
Sayidina Usman menjawab, “Tidak ada tapi takutlah pada firasat orang mukmin.
Dengan ilmu ilham Syaikh Abdul Kadir Jailani telah dapat membongkar rahasia sumber yang emas yang dihadiahi kepadanya oleh Khalifah Al-Mustanjid Billah. Suatu hari, khalifah telah datang ke madrasah Syeikh Abdul Kadir membawa sekarung uang emas sebagai hadiah untuk beliau. Syaikh Abdul Kadir enggan menerima hadiah tersebut tetapi khalifah mendesak beliau menerimanya. Lalu Syaikh Abdul Kadir mengambil karung tersebut dan ditekannya dengan tangan maka keluarlah darah dari karung itu. Syaikh Abdul Kadir berkata kepada khalifah, “Tuan ambil uang itu dengan memeras orang ramai dan menghadiahkannya kepada saya. Ini menunjukkan tuan telah memeras darah manusia. Mendengarkan penjelasan tersebut. Khalifah itupun pingsan.
Dengan ilmu ilham wali-wali Allah, umat Islam juga dapat membaca hati manusia dengan tepat seolah-olah seperti seorang pembaca warta berita yang sedang membaca berita. Keberuntungan ini memudahkan umat Islam untuk mentadbir manusia. Yang dimaksudkan dengan mentadbir atau memimpin manusia ialah memimpin rohnya. Roh yang berada didalam pimpinan ialah roh yang dapat dibersihkan dari sifat-sifat mazmumah dan dihiasi dengan sifat-sifat mahmudah. Untuk melakukan kerja ini bukan mudah melainkan bagi orang yang mempunyai pandang tembus hingga dapat melihat rahasia hati manusia. Bagi manusia yang berada di akhir zaman, hanya ilmu ilham wali-wali Allah saja yang dapat menyelesaikan permasalahan ini. Kemampuan membaca hati manusia membolehkan proses membina dunia baru Islam terbina dengan segera.
Abu Said Al-Kharraz bercerita : “Pada suatu hari aku masuk kedalam masjidil Haram dan aku melihat terdapat seorang miskin yang padanya ada dua helai kain perca. Melihat demikian, hati aku pun berkata : orang ini dan orang yang sepertinya adalah orang-orang yang menjadi beban kepada manusia. Lalu orang miskin yang aku pandang hina didalam hati memanggilku sambil berkata, 'Allah mengetahui apa yang berada didalam hatimu, hendaklah kamu takut kepada-Nya.' dengan segera aku memohon ampun kepada Allah terhadap apa yang berada didalam hatiku. Lalu orang tersebut memanggil aku sekali lagi sambil berkata, 'Dialah Allah yang menerima taubat hamba-Nya.' kemudian orang tersebut (wali Allah) menghilangkan diri dan aku tidak melihatnya lagi sesudah itu lagi.”

2, Dengan ilmu ilham wali-wali Allah, umat Islam dapat mengetahui segala peristiwa dunia sebelum berlaku. Keberuntungan ini memberi peluang kepada umat Islam untuk membuat persiapan atau bersiap sedia. Misalnya, dengan ilmu wali-wali Allah, umat Islam dapat mengetahui bila akan berlaku ribut, taufan, kemarau, banjir, gunung berapi akan meletus, kematian dan mengetahui bila musuh akan menyerang. Kemampuan ini lebih canggih dan sophisticated dari sembarang alat ciptaan hasil dari kemajuan sains dan teknologi yang sering meleset dalam setiap kali membuat ramalan.
Ketepatan memberi malumat banyak terdapat dalam kisah wali-wali Allaha. Uwais Al Qarni telah memberitahu Maumun bin Mahran bahwa Sayidina Umar ibnu Khattab telah wafat, sedangkan ketika itu Uwais berada di pinggir sungai Furat. Tidak lama selepas itu, tersiarlah berita kewafatan Sayidina Umar kepada seluruh umat Islam. Masa uwais memberitahu tentang kewafatan Sayidina Umar sama dengan masa Sayidina Umar menghembuskan nafas terakhir. Ilmu dari para intelektual manakah yang mampu memberi maklumat yang tepat seperti maklumat yang telah diberi oleh Uwais Al-Qarni? Kadang-kadang orang yang hendak mati dihadapan matapun tidak dapat ditebak oleh ilmu pada intelektual.
Kisah bagaimana Allah turunkan ilham kepada ibu nabi Musa a.s untuk menyelamatkan Nabi Musa dari keganasan tentara-tentara Firaun sangat membuktikan kehebatan ilmu ilham. Nabi Musa telah lahir pada masa Firaun mengeluarkan arahan kepada tentara-tentaranya untuk membunuh setiap anak lelaki yang lahir karna takut menggugat kuasanya. Untuk menyelamatkan nabi Musa, Allah telah menurunkan ilham kepada Ibu Nabi Musa yang tertera didalam Al-Quran, Sebagaimana Firmannya : “Yaitu ketika kami ilhamkan kepada ibumu sesuatu yang diilhamkan. Yaitu : Letakkanlah ia (Musa) didalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi supaya diambil oleh (Firaun) musuh-Ku dan musuhnya. Dan Aku telah limpahkan kepadamu kasih sayang yang datang daripadaKu dan supaya kamu diasuh dibawah pengawasan-Ku. (Thaha : 38-39)
Syeikh Muhammad As Suhaimi, Seorang wali Allah juga telah memberi satu maklumat yang tepat kepada ahli keluarga dan anak muridnya melalui ilmu ilham yang dikurnia Allah. Syeikh As Suhaimi berkata ketika beliau sedang menginap buat sementara di kampung Marikan, Batu Tiga Dekat Seranggoon Road, Singapura, “Nanti malam ada perarakan di jalan Seranggoon ini, tetap kamu jangan keluar menontonnya.” Ahli Keluarga dan anak muridnya sangat merasa heran mendengar perkataan tersebut karna diberitahu ada perarakan tetapi dilarang pula pergi menontonnya.
Pada malam itu telah kedengaran bunyi tembak menembak. Setelah hari siang maka dapatlah diketahui bahwa suatu rompakan bersenjata telah berlaku di kawasan Geylang. Perompak-perompak itu telah lari dikejar oleh pihak polis sambil kedua-dua pihak saling tembak-menembak. Perompak-perompak itu lari mengikut Paya Lebar Road, Macpherson Road dan terus ke Seranggoon Road berhampiran dengan rumah Syeikh As Suhaimi. Perompak-perompak itu terus dikejar dan akhirnya telah ditangkap selepas kejadian itu. Setelah berlaku peristiwa tersebut, barulah ahli keluarga dan anak murid Syeikh As Suhaimi faham tentang maksud perarakan yang dilarang pergi menontonnya.
Banyak lagi keberuntungan-keberuntungan dan kelebihan kelebihan yang dapat dikecapi oleh umat Islam dengan ilmu ilham wali-wali Allah. Kalau tidak masakan ilmu ilham dapat membangunkan ummah yang kedua apabila bergabung dengan ilmu wahyu. Ini membuktikan bahwa ilmu ilham adalah ilmu yang tinggi. Sekalipun martabat ilmu ilham berada dibawah ilmu wahyu, tetapi ia lebih tinggi dari ilmu yang datang dari otak manusia.
Menggunakan ilmu dari otak manusia semata-mata untuk memandu hidup manusia, hanya membawa kepada porak poranda seperti apa yang berlaku sekarang. Semakin tinggi ilmu dari otak manusia yang dicapai hingga dapat sampai ke bulan, semakin banyak pula penyakit-penyakit kronik yang timbul dalam hidup manusia dan semakin banyak berlaku pembunuhan, rasuah, zina, rompakan, dadah, aids, peperangan dan seribu satu macam lagi penyakit yang tidak dapat disebut disini.
Kata Lao Tse, “Pengetahuan yang lahir itu buruk, sebab ia tidak akan membawa manusia sampai kepada kebenaran yang sebenar-benarnya, dan kebenaran itu tidak akan dicapai oleh manusia jika ia tidak berhubung langsung dan bercampur dengan sempurna.” 'Tao' menurut istilah Lao Tse adalah Allah SWT pada kaum muslimin. Justru itu, untuk memulangkan kembali ketenangan dan kedamaian hidup manusia seperti zaman solafussoleh, ilmu ilham wali-wali Allah yang bersumber daripada Allah SWT perlu digali semula atau perlu diusaha untuk mendapatkannya semula.

Kaedah untuk memperoleh ilmu ilham
1. Mujahadah
Ilmu para wali Allah, para Rasul dan Nabi itu datang dari dalam hati melalui pintu yang terbuka ke alam malakut (lauhul mahfuz). Kedudukan hati dan lauhul mahfuz adalah bersetentangan antara satu sama lain. Hati adalah ibarat cermin dan lauhul mahfuz adalah ibarat gedung tempat menyimpan ilmu. Hati yang bersih daripada sifat mazmumah adalah ibarat cermin yang berkilat yang dapat menangkap masuk segala gambaran ilmu yang tersimpan di lauhul Mahfuz. Inilah yang dikatakan ilmu ilham. Tapi hati yang dipenuhi dengan sifat mazmumah adalah ibarat cermin yang berkarat yang tidak menangkap sembarang gambaran dari lauhul mahfuz.
Justru itu, mujahadah membuang segala sifat-sifat mazmumah dari hati dan berusaha menghiasinya dengan sifat-sifat mahmudah perlu dilakukan dengan semaksimal yang mungkin (cara bermujahadah telah dibentang dalam bab pertama).
Sabda Rasululah yang maksudnya : “Bahwasannya ilmu itu diilhamkan kepada orang-orang yang berbahagia dan tidak diberikan kepada orang-orang yang celaka.”
Ilmu ilham diperolehi bukan sebagaimana kaedah para intelektual berusaha mendapatkan ilmu. Ilmu ilham diperolehi dengan kaedah penyucian hari sehingga mencapai makrifah dengan Allah. Semakin tinggi makrifah yang dicapa maka semakin tinggilah rahasia-rahasia Allah yang akan dibukakan kepadanya seperti seorang perdana menteri yang membeberkan rahasia-rahasia perancangan kepada menteri-menterinya.
Mendapat ilmu ilham dengan jalan mujahadah boleh diibaratkan seperti hikayat orang-orang Tionghoa yang bertanding dengan orang-orang Rom untuk mempamerkan seni ukiran siapa yang lebih indah dihadapan seorang raja. Juga untuk memastikan siapa yang lebih handal dalam seni ukiran. Raja tersebut telah menyerahkan satu dinding istana yang saling bertentangan diantara satu sama lain yang disekat dengan tirai kepada setiap mereka.
Orang-orang Rom telah bekerja keras mengumpul segala macam cat dari barat dengan jumlah yang tiada dapat di hitung untuk menghasilkan ukiran yang paling indah. Sedangkan orang-orang tionghoa tidak menggunakan sembarang cat, kerja mereka setiap hati hanya menghilap dinding.
Ketika orang-orang Rom memberitahu bahwa kerja mereka telah siap, orang-orang Tionghoa juga berkata mereka telah siap. Lalu raja tersebut bertanya kepada orang-orang Tionghoa: “Bagaimana kamu bisa siap mengukir sedangkan tiada sembarang cat dan tiada sembarang ukiran?”
Jawab mereka, “Bukalah tirai itu dulu”. Apabila dibuka, segala ukiran indah orang-orang Rom memancar masuk ke dalam dinding orang-orang Tionghoa yang berkilat bagai cermin yang telah mencetuskan seni ukiran yang lebih indah. Semua hadirin menjadi tercengang melihat keindahan yang terdapat pada dinding orang-orang Tionghoa. Akhirnya, kemenangan jatuh pada tangan orang-orang Tionghoa.
Demikianlah juga kedudukan hati. Hati yang senantiasa dibersih dan digilap adalah laksana cermin yang akan menangkap segala gambaran ilmu yang berada di lauhul Mahfuz. Firman Allah : “Mereka yang bersungguh-sungguh mujahadah pada kami, maka akan kami tunjuki mereka akan jalan kami dan sesungguhnya Allah beserta dengan orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Ankabut :69)

2. Ilmu dan Amal
Imam Ghazali berkata bahwa untuk memperoleh ilmu ilham atau ilmu mukasyafah seorang itu perlu kepada ilmu dan kemudian amalkannya, Sabda Rasulullah : “Barangsiapa yang mengamalkan apa yang dia tahu niscaya Allah akan berikan ilmu yang dia tidak tahu (Ilmu Ilham). (Riwayat Abu Naim).

3. Tareqat
Tareqat yang dimaksudkan disini ialah tareqat dalam pengertian pertama yaitu melakukan amalan-amalan zikir yang khusus yang berada dibawah pimpinan seorang guru. Amalan-amalan zikir ini pula diterima oleh guru dari ulama. Ulama menerimanya dari tabiit tabiin. Tabiit tabiin menerima dari tabiin. Tabiin menerima dari para sahabat. Para sahabat menerimanya dari nabi Muhammad. Seperti Tareqar Ahmadiah, Nakshabandiah, Qadariah, Kholidiah dan sebagainya.
Apabila seseorang murid mempunyai hubungan yang bersih, baik da licin dengan guru hingga sampai kepada Rasulullah, maka itu bermakna murid itu berada didalam pimpinan. Murid yang terpimpin ialah murid yang senantiasa terkawal lahir dan rohaninya, dan mendapat ilmu ilham dari Allah yang dapat memandu hidupnya. Kedudukan ini boleh diibaratkan seperti seorang yang memasang batang pipa bersambung hingga sampai kepada Rasulullah. Air dari atas akan mengalir kebawah samapai kepada kepala batang pipa yang terletak pada murid tersebut. Maksudnya ilmu-ilmu dari Allah yang mengalir kepada Rasulullah, kemudian kepada para sahabat, tabiin, tabiut tabiin, ulama, gurunya dan akhirnya akan mengalir sebagai ilmu ilham kepada murid tersebut.

4. Mengekalkan Tawaduk
Air hanya akan jatuh pada tempat yang lebih rendah atau lubang. Air tidak akan jatuh pada puncak bukit dan gunung. Maksudnya, air hanya jatuh pada tempat yang rendah dan tidak jatuh pada tempat yang tinggi. Demikian juga dengan ilmu. Ilmu juga hanya akan jatuh pada hati yang tawaduk atau rendah diri. Ilmu tidak akan jatuh pada hati yang sombong dan bongkak. Oleh itu, mengekalkan tawaduk adalah satu kemestian bagi setiap orang yang berkeinginan memperoleh ilmu, lebih-lebih lagi bagi sesiapa yang berkeinginan memperoleh ilmu ilham.

5. Doa
Firman Allah : “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan. (Al-Mukmin :60) Sabda Rasulullah : “Doa adalah senjata orang mukmin”. Kalau saudara merasa terlalu payah untuk bermujahadah, terlalu payah untuk mencari ilmu dan mengamalkannya, terlalu payah untuk bertareqat dan terlalu payah untuk mengekalkan tawaduk maka jalan yang paling mudah untnuk kita yang berada di akhir zaman ini ialah berdoa.
Berdoalah kepada Allah supaya dipermudahkan bermujahadah, dipermudahkan mencari ilmu dan mengamalkannya, dipermudahkan untuk bertareqat dan permudahkan untuk mengekalkan tawaduk. Doa yang disertai dengan rasa kehambaan dan hati yang hancur insya Allah akan mendapat perhatian Allah. Mudah-mudahan ilmu ilham akan jatuh kepada hati saudara karna bersungguh-sungguh berdoa. (Sumber buku “Bagaimana menjadi wali” Karya Ust. Abd. Halim Abbas Hal 102-114 dengan sedikit edit kata")

Bagaimana menjadi wali bag. 12

Wali Allah seperti manusia lain, mempunyai akal dan perasaan. Tuntunan semula jadi mereka menyamai tuntutan semula jadi manusia biasa seperti makan, minum, tidur dan kawin. Mereka bukanlah manusia maksum seperti Rasul-rasul dan Nabi-nabi. Artinya, iman mereka masih dalam peringkat bertambah dan berkurang. Mereka mempunyai beberapa kelemahan tetapi sudah tentu mereka jauh lebih baik dan lebih sempurna daripada kita.
Walaupun begitu situasinya, namun wali-wali Allah tetap ada perbedaan dari manusia biasa yang terletak pada faktor hati. Hatilah yang menjadikan kedudukan manusia berbeda-beda disisi Allah dan berbeda-beda pada pandangan manusia. Segala tindak tanduk manusia lahir dari bagaimana bentuk hatinya, ibarat kuih yang terbentuk mengikut acuannya. Makrifat lahir dari hati yang patuh kepada Allah dan kemungkaran pula, lahir dari hati yang ingkar. Sabda Rasulullah : “Ketahuilah! Sesungguhnya didalam diri seseorang itu ada segumpal daging. Jika baik daging itu maka baiklah diri itu seluruhnya. Jika rusak daging itu maka rusaklah diri itu seluruhnya, ketahuilah, itulah dia hati (Riwayat Bukhari Muslim)
Wali-wali Allah tergolong dalam golongan orang-orang muqarrabin karna hati mereka terhias dengan sifat-sifat terpuji. Firman Allah : “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak pula berduka cita. Mereka adalah orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa. Bagi mereka itu berita gembira dalam kehidupan didunia dan kehidupan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (Yunus 62-64)
Biasanya wali-wali Allah tidak terkenal dengan kegagahan pada fisik atau tubuh badan seperti ahli-ahli tinju dunia, misalnya seperti Mike Tyson atau Muhammad Ali ketika berada dizaman kegemilangan mereka. Tetapi wali-wali Allah terkenal dengan kegagahan atau ketahanan pada hati mereka. Hati wali-wali Allah gagah dan tahan menanggung segala musibah hidup seperti sebatang pokok yang mampu menanggung pukulan ribut taufan karna kuat akar tunjangnya.
Segala musibah yang menggoncangkan hati orang awam tidak menimpa hati wali-wali Allah apabila ditimpa kepada mereka seperti kematian orang yang dikasihi, kemusnahan harta benda, kehilangan pangkat dan kedudukan, kemiskinan, difitnah, disingkir dari masyarakat atau kecacatan anggota lahir. Rabiatul Adawiyah bermadah : “Orang yang cinta kepada Allah itu hilang dalam melihat Allah hingga lenyap dirinya, dan dia tidak boleh membedakan yang mana sakit yang mana senang.”
Justru itu segala kesedihan, kesempitan, kegelisahan atau kekecewaan boleh dihadapi oleh wali-wali Allah dengan tenang, lapang, lega, bahagia dan dengan itu mampu untuk mengorak senyum. Seperti kisah Qais bin Asim yang tabah dan tenang menanggung musibah kematian anak. Suatu hari ketika Qais bin Asim sedang berehat-rehat maka masuklah jariahnya membawa panggang besi berisi daging panggang yang masih panas. Tanpa disengajai, pemanggang tersebut telah jatuh menimpa anak qais yang berada disitu. Si Anak itu menjerit kesakitan karna kepanasan sehingga membawa mati. Dengan tenang Qais melihat kejadian yang menyayat hati itu lalu berkata kepada jariahnya yang sudah pucat mukanya karna ketakutan, “Aku bukan saja tidak marah kepadamu, tetapi hari ini kamu aku merdekakan.”
hanya hati-hati wali saja yang boleh mencetuskan sikap tabah dan tenang seperti Qais bin Asim. Bukan Qais tidak sayangkan anaknya tetapi hatinya melihat segala sesuatu yang berlaku berada dalam pentadbiran Allah. Rasa kehambaan dihatinya pula menghalang untuknya memarahi jariah karna mana bisa seseorang yang mengetahui dirinya seorang hamba sanggup memarahi orang lain. Hanya rasa ketuanan saja yang membolehkan seseorang memarahi orang lain. Rasa sabar dan ridha di hati Qais pula membolehkan beliau melihat peristiwa yang menyayat hati dengan tenang dan mampu pula memerdekakan jariahnya dalam suasana yang harmoni.
Inilah hati wali-wali Allah, hati yang senantiasa bahagia sama ada didalam kesenangan atau kesusahan. Artinya di dunia lagi merka sudah merasai nikmat syurga yaitu syurga yang disegerakan.
Untuk mengenali hati wali-wali Allah secara lebih terperinci maka eloklah pula kita menghayati kata-kata Rasulullah kepada Sayidina Umar. Sabda Rasulullah SAW :
Bahwa terdapat dari kalangan hamba-hamba Allah (yang) mereka itu bukan Nabi, Bukan Syuhada', (tetapi) nabi-nabi dan para syuhada iri hati terhadap mereka karna kedudukan mereka pada hari kiamat disisi Allah. Berkata para sahabat : “Wahai Rasulullah, Kabarkan kepada kami siapakah mereka itu dan apa pekerjaan mereka, mudah-mudahan kami mengasihi mereka. Bersabda Nabi : Mereka itu adalah satu kaum yang sangat berkasih sayang karna Allah, sedangkan mereka tiada hubungan keluarga, dan tidak juga harta yang mengikat. Demi Allah! Muka mereka bercahaya-cahaya, mereka berada ditempat yang tinggi. Mereka tidak takut ketika orang-orang lain takut dan mereka tidak berduka cita ketika orang-orang lain berduka cita (Riwayat Abu Daud)
Dari hadits ini ada dua ciri hati wali-wali Allah. Pertama, sangat mencintai Allah dan kedua, sangat ikhlas dengan Allah.
Sangat mencintai Allah.
Hati Wali-wali Allah berada dibawah daripada taraf hati rasul-rasul dan nabi-nabi. Tauhid mereka kepada Allah mendekati tauhid para nabi. Kata pepatah melayu, “Tidak kenal maka tidak cinta”. Maka sesungguhnya cinta itu berbuah daripada perkenalan. Oleh karena Makrifah (Pengenalan) wali wali kepada Allah sangat tinggi maka cinta mereka kepada Allah sangat mendalam. Firman Allah Swt : “Dan orang-orang yang beriman sangat mencintai Allah.” (Al-Baqarah : 165)
Hati wali-wali Allah kekal dengan Allah dalam setiap waktu. Hati yang penuh rindu dan cinta kepada Allah menyebabkan mereka lupa diri, lupa makan minum dan tidak pedulikan orang lain melainkan Allah seperti seorang pemuda yang sedang mabok bercinta. Tidak ada yang membuat sedih hati wali-wali Allah melainkan apabila berpisah dengan Allah walaupun sedetik. Bagi mereka, sedetik hati berpisah dari Allah sudah dianggap sebagai satu dosa. Ada wali-wali yang mati dan hangus jantungnya apabila diberitahu mereka telah keluar dari majlis Allah.
Rabiatul Adawiyah senantiasa menangis karna memikirkan hubungannya dengan Allah. Orang bertanya kepadanya, mengapa beliau seringkali menangis. Jawab Rabiatul Adawiyah: “Aku Takut berpisah (hati) walaupun sedetik dengan tuhan dan aku tidak boleh hidup tanpa-Nya. Aku takut Tuhan berkata kepadaku tatkala hendak menghembuskan nafas terakhirku: “Jauhkan dia dari Ku karna dia tidak layak berada di majlis-Ku.”
Oleh karena hati wali-wali Allah sangat mendalam cintanya kepada Allah maka mereka senantiasa menyebut nama kekasihnya setiap hari. Firman Allah swt : “Mereka ang senantiasa mengingati Allah dalam waktu berdiri, waktu duduk dan waktu berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (serta berkata), “Ya Tuhan Kami,. Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Ali Imran : 191)
Didalam hati mereka tidak punya apa-apa melainkan cinta kepada Allah. Sebab satu hati tidak mampu untuk menyimpan dua cinta. Firman Allah SWT selanjutnya : “Allah tidak menjadikan seseorang mempunyai dua hati dalam dadanya. (Al-Ahzab : 4)
Suatu hari anak Fudhail bin iyadh yang sedang berada dipangkuannya bertanya kepada Fudhail, “Bapa, Kasihkah bapa kepadaku?”
Fudhail menjawab, “Ya”
Kemudian anak itu bertanya lagi, “Adakah bapak cinta kepada Allah juga?”
“Ya”, Jelas Fudhail.
“Bapak, dua cinta tidak boleh terletak dalam satu hati.”
mendengar kata-kata dari anakya itu, fudhail mengganggap peringatan itu sebenarnya datang dari Allah. Beliau pun mengangkat anaknya dari pangkuannya dan selepas itu beliau tidak lagi mencintai anaknya. Beliau menghabiskan masanya dengan beribadat kepada Allah.
Wali-wali Allah sangat menjagai hati mereka dari jatuh cinta kepada yang lain selain dari Allah sampai kepada anak istri sendiri, lebih-lebih lagi kepada harta, pangkat atau kedudukan. Semasa Ibrahim bin Adham menjadi raja (sebelum terjun ke alam sufi meninggalkan kerajaannya), beliau ada seorang anak lelaki. Apabila anak lelakinya dewasa maka iapun bersama-sama ibunya yang merupakan seorang permaisuri keluar dari istana untuk mencari ayahnya. Apabila permaisuri melihat Ibrahim bin Adham maka berteriaklah ia, “Dialah Sultanku!”
Pertemuan itu telah menyebabkan ketiga anak beranak tersebut bercucuran air mata. Lantaran itu, anak Ibrahim telah jatuh pingsan. Apabila sadar, anaknya telah memberi salam maka dipeluk anak itu oleh Ibrahim. Lalu Ibrahim bertanya “Apa agamamu?”
“Islam” jawab anaknya
“Tahukah kamu Al-Quran?” tanya Ibrahim lagi.
“Ya” jawab anaknya lagi.
Tatkala Ibrahim bin Adham berdiri hendak meninggalkan mereka, anaknya terus memeluk kakinya dan permaisurinya merasa sangat sedih karna perjumpaan itu hanya sebentar. Lalu Ibrahim berdoa kepada Allah : “Aku sangat cinta kepada Mu Ya Allah, tidak kepada yang lain.” ketika itu juga anaknya itu menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam pelukan ayahnya.
Murid-murid Ibrahim terkejut melihat peristiwa itu dan bertanya kepada beliau, apakah maksud peristiwa itu. Ibrahim menjawab: “Apabila aku mula-mula memeluk anakku itu. Perasaan cinta kepadanya berbunga di hatiku. Tiba-tiba terdengar suara berkata: 'Ibrahim, engkau cinta seluruhnya kepada-Ku, tetapi kenapa engkau cinta pula kepada yang lain? Buatlah pilihan apakah cinta kepadaKu saja atau cinta kepada anak dan istrimu.' dengan segera aku berdoa: “Dengarlah rayuanku wahai Tuhan, oleh karna cinta kepada anak telah menarik perhatianku daripada-Mu walaupun hanya sedetik, maka lebih baiklah Engkau cabut nyawaku atau nyawanya.”
Allah kabulkan doa Ibrahim bin Adham, lalu nyawa anaknya itupun dicabut. Peristiwa yang berlaku pada diri Ibrahim ini sesungguhnya menjelaskan betapa hati wali-wali Allah hanya boleh diisi dengan satu cinta saja yaitu cinta kepada Allah SWT.
hati wali adalah hati yang tidak putus mengingati Allah. Kalau terjadi kepada hatinya mengingati selain daripada Allah walaupun sedetik, maka Allah akan mengujinya dengan cobaan-cobaan. Selepas dicoba dengan bala ataupun nikmat, kalau semakin meningkat hubungan hatinya dengan Allah maka maqamnya akan ditingkatkan. Selepas dicoba dengan bala atau nikmat tetapi hubungan hatinya dengan Allah semakin tipis, maka maqam atau pangkatnya akan diturunkan.
Misalnya, katakanlah seorang wali Allah yang miskin diuji dengan limpahan nikmat. Wali Allah yang dipandang hina diuji menjadi popular. Wali Allah yang berjawatan dan berpangkat diuji dengan terlucut jawatan dan terhina. Wali Allah yang terasa didalam hatinya sesekali lebih mencintai istri daripada mencintai Allah akan diuji dengan kegoncangan rumah tangga. Wali Allah yang mencintai anak lebih daripada Allah diuji dengan ragam anak-anak atau lebih berat dari itu seperti ujian yang ditimpakan kepada Ibrahim bin Adham.
Dalam masa menghadapi ujian itu sekiranya hati para wali Allah lebih mendekati Allah dalam bentuk syukur, sabar atau redha dan menyelesaikan masalah mengikut panduan syariat. Maka maqamnya akan dinaikkan dan dihadiahkan kepadanya kebaikan hati dan peningkatan iman. Waktu ini berlakulah pertemuan yang intim antara hamba dengan Tuhan. Yang dimaksudkan pertemuan dengan Tuhan, bukan seperti bertemunya antara seekor semut dengan seekor semut yang lain, tetapi bertemunya antara sifat Tuhan dan sifat hamba: Tuhan adil, hamba adil, Tuhan sabar, hamba sabar. Tuhan pemaaf, hamba pemaaf. Inilah yang dimaksudkan pertemuan antara hamba dengan Tuhan sebelum pertemuan dihari Akhirat.

Sangat Ikhlas kepada Allah
selalunya orang yang berbudi mengharapkan balasan, seperti orang yang beribadah kepada Allah mengharapkan balasan syurga. Walaupun itu bukan satu dosa tetapi bagi wali Allah sikap tersebut adalah sikap peringkat rendah bagi mereka yang meniti jalan kesufian. Hati wali-wali Allah sangat ikhlas dalam beribadah, berjuang dan berkorban untuk Allah. Mereka tidak mengharapkan sembarang balasan yang ada di dunia maupun di Akhirat, malah ada yang menolak kalau mau dibalas.
Mereka beribadah, berjuang dan berkorban bukan juga atas dasar takut kepada Allah seperti seorang pekerja yang menjalankan tugas atas dasar takut kepada 'bos'nya. Mereka beribadah, berjuang dan berkorban adalah atas dasar cinta yang mendalam kepada Allah Swt. hati-hati wali Allah sama sekali tidak takut kepada siksa neraka tetapi mereka amat takut kalau terputus cinta dari Allah. Ada wali-walh Allah di dunia yang mati karna terlekang sebentar dari Allah SWT. Jeritan ahli-ahli syurga karna tidak dapat melihat wajah Allah lebih dahsyat dari jeritan ahli-ahli neraka yang menanggung azab siksa.
Seorang wali Allah perempuan berbisik kepada Allah, “Aku menyembah bukan karna takutkan Neraka-Mu, tidak juga karna harapkan Syurga-Mu tetapi karna kemuliaan cintaku kepada-Mu.” Rabiatul Adawiyah pula berbisik kepada Allah : “Tuhanku! Apa saja yang Engkau hendak kurniakan kepadaku berkenaan dunia, berikanlah kepada musuhku, dan apa saja kebaikan yang Engkau hendak kurniakan kepadaku berkenaan akhirat, berikanlah kepada orang-orang yang beriman. Aku hanya hendakkan Engkau karna Engkau. Biarlah aku tidak dapat Syurga ataupun Neraka. Aku hendak pandangan Engkau padaku saja.”
Seperkara lagi yang perlu diketahui, hati wali-wali Allah ini sangat lurus. Diantara kelurusannya ialah kalau wali-wali Allah berniat untuk melakukan sesuatu maka niatnya akan menjadi nazar. Maksudnya, niat mereka menjadi kewajiban untuk ditunaikan. Misalnya, wali-wali Allah berniat untuk sembahyang sepnajang malam maka mereka mesti berusaha untuk menunaikannya karna sudah menjadi satu kewajiban.
Suatu hari seorang wali Allah sedang mencangkul tanah untuk bercocok tanam. Tiba-tiba lalu sorang wali Allah yang terbang di udara. Wali Allah yang terbang diudara mengajak wali Allah yang sedang mencangkul tanah untuk pergi ke Mekkah. Tapi Wali Allah yang sedang mencangkul menolak karna dia sudah berniat dihatinya untuk mencangkul tanah dan bercocok tanam pada hari itu. Walaupun pergi ke Mekkah merupakan satu nikmat tetapi peluang tersebut terpaksa ditolak karna niatnya telah menjadi satu kewajiban yang mesti ditunaikan terlebih dahulu.
Hati wali-wali Allah juga sangat lurus dengan manusia. Mereka bukan saja sangat amanah dengan Allah tetapi juga sangat amanah dengan manusia. Menurut sebuah riwayat, seorang tuan kebun delima telah mengambil Ibrahim bin Adham sebagai pekerjanya karna beliau tidak mengenali pekerjanya itu adalah Ibrahim bin Adham, seorang wali besar yang terhormat. Pada suatu hari, tuan kebun delima menyuruh Ibrahim memetik buah delima yang manis. Ibrahim pun memetik beberapa biji tetapi didapati semuanya masam. Lalu tuannya berkata, “Kamu telah bekerja berbulan-bulan di kebun delimaku tetapi masih tidak dapat membedakan mana satu pokok delima yang manis dan mana satu pokok delima yang masam.”
Ibrahim menjawab: “Aku hanya digaji untuk menjaga kebun delima, bukan untuk merasainya.” tuan kebun itu berkata, “Jadi, kamu ini Ibrahim bin Adham!” Lalu Ibrahim pun menghilangkan diri dari situ.
Keluasan sifat-sifat terpuji pada hati wali-wali Allah tidak ada batasan seperti tidak ada batasannya 'rasa cinta' wali-wali kepada Allah Swt/ kalau lagu melayu mendendangkan 'Cinta itu ibarat lautan yang tidak bertepi', maka keluasan sifat-sifat terpuji pda hati wali-wali Allah itu lebih luas dari lautan yang tidak bertepi karna cinta dengan Allah adalah cinta derajat tinggi yang meliputi hingga ke alama malakut. Orang yang berenang dalam lautan cinta dengan manusia akan terasa perasaan yang aneh-aneh, maka wali-wali Allah yang berenang dalam lautan cinta dengan Allah pula akan merasakan rasa dan pandangan-pandangan yang luar biasa. Banyak rahasia Tuhan yang akan dibeberkan kepada wali-wali Allah seperti seorang pemuda yang akan menbeberkan segala rahasia hidupnya kepada wanita yang dicintai. Kata Imam Ja'far As-Shadiq : “Rahasia itu dibukakan kepadaku tatkala aku tenggelam dalam cinta dengan Allah.”
Antara rahasia-rahasia tuhan yang akan dibeberkan kepada wali-wali Allah ialah kemampuan membaca hati manusia. Ibrahim Ar-Raqi bercerita :
“Pada suatu hari, aku telah pergi ke rumah Abdul Khair at Tainani dan waktu itu masuklah waktu maghrib. Beliau menjadi imam dan aku dapati bacaan Fatehahnya tidak betul. Lantaran itu akupun berkata didalam hati, 'Sia-sia saja kedatangan aku ke sini hari ini'. Selepas sholat, aku turun keluar rumah untuk bersuci. Tiba-tiba muncul seekor harimau dan aku pun menjerit meminta tolong. Lalu Abdul Khair turun menghalau harimau tersebut sambil berkata: “Bukankah aku sudah katakan kepadamu, jangan ganggu tamu-tamuku!” Harimau itupun pergi dari situ karna mematuhi arahan Abdul Khair. Abdul Khair berkata kepadaku : “Kamu sibuk mengatur yang lahir maka kamu takut kepada harimau. Sedangkan kami sibuk mengatur yang batin maka harimau takut kepada kami.”
Orang awam tidak dapat mengetahui rahasia-rahasia tuhan karna hati mereka telah terisi dengan cinta kepada manusia. Cinta kepada manusia lebih banyak bersumber tuntutan hawa nafsu. Artinya, mereka menyediakan jembatan kepada syaithan untuk masuk kedalam hati karna syaithan hanya boleh meniti dihati manusia dengan adanya hawa nafsu. Maka masuklah syaithan-syaithan mengerumuni hati sehingga terhijab pandangan manusia dari Allah. Sabda Rasulullah yang maksudnya: “Hati manusia kalau tidak dikerumuni syaithan, niscaya ia akan melihat kerajaan langit”
wali-wali Allah juga disebut sebagai golongan Ulul AlBab. Berarti yang mempunyai mata hati. Maksudnya, mata hati wali-wali Allah sangat tajam dan mempunyai pandangan yang tembus dan cepas mengesan akan tipu daya syaithan dan tarikan hawa nafsu. Oleh itu janganlah kita mengartikan wali-wali Allah itu hanya golongan yang boleh mengadakan perkara-perkara magic atau ajaib. Perkara magic itu orang tidak wali pun boleh buat seperti Davic Copperfield dan ahli-ahli sihir Firaun. (Sumber buku “Bagaimana menjadi wali” Karya Ust. Abd. Halim Abbas Hal 88-99)

Bagaimana menjadi wali bag. 11

Adapun antara kebaikan yang diperolehi kalau seseorang pemimpin itu terdiri dari seorang wali Allah adalah seperti berikut :
1,Duduknya wali Allah pada suatu tempat dapat membawa rahmat dan menolak bala bencana pada tempat tersebut. Seperti duduknya Abu Yazid Al-Bistami di Baghdad telah membawa rahmat kepada negara tersebut dengan kehidupan yang aman makmur. Apabila penduduk di Baghdad menghalau Abu Yazid keluar dari negara tersebut selama tujuh tahun maka selama tujuh tahun itu juga negeri tersebut ditimpa kemarau panjang dan berbagai-bagai penyakit. Allah menghukum dengan berbagai azab ke atas penduduk Baghdad ketika itu karna mereka telah menyakiti kekasih-Nya. Firman Allah dalam hadits qudsi : “Sesiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku akan mengumumkan perang dengannya. (Riwayat Al-Bukhari)
Hanya orang-orang yang beriman saja yang mengetahui malapetaka yang menimpa negara Baghdad sedangkan para penguasa dan orang-orang awam tidak mengetahuinya. Golongan yang insaf telah datang menemui Abu Yazid untuk meminta maaf dengan harapan pintu langit akan terbuka kembali untuk mengeluarkan berkah. Setelah Abu Yazid memaafkan, maka keluarlah hujan dari langit dan hilanglah segala wabah penyakit yang menimpa.
Jadi, pemerintahan pemimpin yang terdiri dari wali Allah menjadi salah satu faktor membolehkan negara berada didalam aman makmur karna pemerintahannya berada di bawah pengawalan Allah. Oleh itu hampir menjadi kewajiban kepada rakyat untuk meletakkan pemimpin yang bertaraf wali Allah didalam struktur pemerintahan karna sistem demokrasi memberi kuasa kepada rakyat untuk membuat pilihan. Gunakan peluang ini untuk mencapai keuntungan di dunia dan keuntungan diakhirat.
2,Wali Allah dapat mengetahui sesuai peristiwa lebih awal dari berlakunya peristiwa tersebut sebab seorang wali Allah mempunyai wawasan yang tepat menurut hakikat. Ilmu wali Allah datang dari dalam hati melalui pintu yang terbuka luas ke alam malakut. Banyak rahasia-rahasia tuhan yang diberikan kepadanya termasuk ketetapan-ketetapan Allah pada makhluk, seperti seorang pembantu raja banyak mengetahui tentang perancangan-perancangan rajanya. Syeikh Hamad Dabbas dengan pandangannya yang dapat menembus alam malakut telah dapat melihat Abul Muzaffar akan ditimpa bencana ketika perjalanannya bersama kafilah menuju ke Syria. Bala tersebut telah ditolak oleh Syeikh Abdul Kadir Jailani dengan doa. Firman Allah : “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku Kabulkan.” (Al-Mukmin:60)
dengan demikian, pemimpin yang bertaraf wali sangat diperlukan untuk membawa keamanan kepada negara yang diperintahnya. Mereka dapat mengatur persediaan lebih awal sebelum berlakunya sesuatu peristiwa yang tidak diingini.
Seperti Nabi Yusuf membuat persediaan sebelum datangnya kemarau panjang yang bakal menimpa negara Mesir dengan pengetahuan yang diberi Allah kepadanya melalui kebolehan mentadbir mimpi. Raja Mesir telah bermimpi melihat tujuh sapi yang gemuk dimakan oleh tujuh sapi kurus. Dan melihat tujuh tangkai yang hijau dimakan oleh tujuh tangkai yang kering. Nabi Yusuf mentadbir bahwa negara mesir akan hidup aman makmur selama tujuh tahun dan kemudian akan ditimpa kemarau selama tujuh tahun . Wawasan nabi Yusuf yang tepat menurut hakikat telah memberi peluang kepada rakyat Mesir membuat persiapan dengan menyimpan bekal makanan sebelum tibanya kemarau panjang.
3, Wali Allah dapat mengetahui masalah masyarakat dengan pandangan mukasyafah atau gerakan hati dari Tuhan. Pemerintahan menjadi runcing apabila masalah-masalah rakyat tidak dapat diselesaikan malah bertambah dari hari ke hari. Pemimpin yang terdiri daripada orang awam hanya mampu menyelesaikan masalah rakyat yang datang mengadu kepadanya tetapi tidak dapat menyelesaikan masalah yang berada diluar pikiran dan pandangan matanya, sampai masalah hatinya sendiri tidak dapat diselesaikan.
Berikut adalah salah satu kisah dari beribu-ribu kisah para wali Allah yang dapat menyelesaikan masalah masyarakat dengan pandangan mukasyafah atau gerakan hati. Pada suatu malam Junaid Al-Baghdadi tidak dapat tidur dan tidak dapat menemui kelezatan berwirid. Suasana sekeliling tidak tenang lebih-lebih lagi apabila dilihat rumahnya seakan-akan mau runtuh. Lalu ia pun keluar dengan harapan dapat bertemu dengan puncak kejadian yang berlaku pada dirinya.
Junaid telah bertemu dengan seorang lelaki yang sedang berselimut lalu lelaki tersebut mencampakkan selimutnya dan mengangkat kepala. “Engkau datang menemui saya wahai Abul Qasim?” tanyanya.
“Memang tidak ada janji terlebih dahulu.” jawab Junaid.
“Benar tuan.” Abu Qasim bersetuju.
“Saya yang meminta kepada Tuhan supaya menggerakkan hati tuan untuk keluar rumah karna saya sangat berhajat untuk bertanya satu soalan. Bilakah penyakit hati dapat diobati?”
“Manakala tuan telah berjaya melawan nafsu.” jawab Junaid.
Maka berkatalah lelaki tersebut, “Dengarlah wahai jiwaku. Sudah tujuh kali aku katakan demikian tetapi engkau tidak mengindahkannya, sehinggalah Junaid yang berkata beitu.”
Kemampuan wali Allah menyelesaikan masalah-masalah yang kecil adalah satu petanda bahwa mereka mampu untuk menyelesaikan masalah-masalah yang besar. Mana bisa seorang pemimpin boleh menyelesaikan masalah besar rakyatnya kalau masalah kecil tidak dapat diselesaikan, sebab setiap yang besar bermula dari yang kecil.
4, Wali Allah bukan sekadar mampu menyelesaikan masalah antara manusia dengan manusia, tetapi juga mampu menyelesaikan masalah antara manusia dengan roh, syaithan, jin atau binatang. Seorang pemimpin kena memahami bahwa rakyat yang diperintahnya mempunyai berbagai corak fikiran, perasaan, pengalaman, kecenderungan, budaya dan alam sekeliling. Karna banyak jenisnya ini mengakibatkan masalah-masalah yang timbul itu berbeda-beda. Misalnya masalah yang timbul bagi manusia yang berada di kutub utara tentu berlainan dengan masalah manusia yang duduk ditengah padang pasir sahara. Semua masalah ini hanya mampu diselesaikan oleh seorang pemimpin yang bertaraf wali.
Syeikh Abdul Kadir Jailani pernah didatangi oleh seorang lelaki yang bernama Abu Said bin Ahmad. Abu Said mengadu masalah tentang anak perempuannya yang berusia 16 tahun telah dilarikan oleh jin. Syeikh Abdul Kadir Jailani menyuruh Abu Said Ahmad pergi ke sebuah runtuhan 'Karkh', sebuah 'Mahallah' di Baghdad. Beliau diarah duduk dibawah bonggol yang kelima didalam bulatan yang dilukis sambil membaca doa yang diberi oleh Syeikh Abdul Kadir Jailani. Syeikh Abdul Kadir berkata bahwa ditengah malam nanti akan kelihatan banyak jin yang datang dalam wajah yang menakutkan tapi mereka tidak akan mencederakan Abu Said Ahmad dan tidak dapat melintasi bulatan tersebut. Beliau akan bertemu dengan raja jin dan katakan bahwa Syeikh Abdul Kadir Jailani meminta raja jin mencarikan anak perempuannya yang hilang.
Segala pesanan Syeikh Abdul Kadir Jailani dituruti dengan patuh dan berlakulah seperti apa yang telah digambarkan. Melintaslah segala rupa bentuk jin dan akhirnya tibalah kedatangan raja jin bersama bala tentaranya dengan menunggang kuda. Raja jin telah berhenti dihadapan bulatan dan bertanya apakah masalahnya.
Jawab Abu Said Ahmad, “Syeikh Abdul Kadir Jailani menyuruh aku berjumpa dengan engkau untuk tolong carikan anak perempuan yang telah dilarikan oleh salah seorang dari kaummu.”
Lalu raja jin bertanya kepada sekalian jin-jin tetapi tiada seorang yang mengakuinya. Tidak beberapa lama selepas itu, seorang jin dari negeri Cina telah datang membawa anak perempuan Abu Said Ahmad. Raja jin bertanya, “Mengapa kamu larikan anak perempuan itu dari sisi Syeikh Abdul Kadir Jailani?” jawab jin tersebut, “Aku telah jatuh cinta kepadanya.” Raja jin itu telah memenggal kepala jin tersebut dan anak perempuan Abu Said Ahmad dipulangkan.
Seorang pemimpin yang bertaraf wali Allah boleh membuat arahan pada rakyatnya pada jarak yang jauh tanpa menggunakan alat-alat komunikasi termodern. Alat-alat komunikasi ciptaan manusia terbatas kemampuannya karna mudah rusak dan tidak sampai pada semua tempat. Seringkali maklumat-maklumat yang penting tidak sampai dengan segera.
Inilah masalah-masalah yang sering dihadapi oleh mereka yang bertugas di kementerian pertahanan. Sepatutnya, perancangan musuh perlu diketahui lebih awal supaya setiap serangan ada tangkisannya ataupun sebelum diserang sudah dibunuh mati. Arahan juga mesti disampaikan dengan segera tanpa memberi peluang kepada musuh untuk menyusun kekuatan atau untuk memberi peluang kepada kita menyusun kekuatan. Hanya pemimpin yang bertaraf wali saja mampu menyelesaikan masalah-masalah yang sedemikian.
Dengan pandangan yang mukasyafah, Sayidina Umar telah melihat tentaranya di Nahawand terperangkap didalam kepungan musuh dari Parsi. Dengan suara yang lantang Sayidina Umar memberi arahan dari mimbar Masjid Madinah kepda komando tentara muslimin : “Wahai Saria, larilah ke bukit!” Suara Sayidina Umar jelas didengari oleh tentara muslimin dan mereka semua bergegas lari berlindung ke bukit. Pukulan maut dari musuh bisa dipatahkan dengan bantuan Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman dan bertaqwa yaitu para wali-wali.
Terdapat berbagai-bagai kemudahan lagi yang boleh diperolehi oleh struktur pemerintahan dan sekalian rakyat kalau pemimpinnya bertaraf wali. Pemimpin bertaraf wali tidak payah membeli hati rakyat dan ketaatan mereka dengan uang ringgit. Kesetiaan dan ketaatan wali Allah kepada Tuhannya telah menjamin kesetiaan dan ketaatan rakyat dan sekalian makhluk kepadanya. Seorang yang dikasihi Allah akan dikasihi oleh sekalian makhluk.
Ibrahim bin Adham seorang wali besar pernah ditanya, “Mengapa kamu meninggalkan kerajaan Balk?”
Ibrahim tidak menjawabnya dengan lisan tetapi menjawabnya dengan perbuatan. Ibrahim telah membuang sebentuk cincinnya kedalam lautan. Selepas itu berduyun-duyun ikan emas timbul dipermukaan air lalu menghampiri beliau. Akhirnya timbullah seekor ikan kecil membawa cincinnya. Kata Ibrahim : “Kalau aku mau, lebih daripada yang engkau lihat boleh aku peroleh.” Maksudnya, seorang wali boleh memiliki isi dunia kalau mereka mau dan binatang-binatang boleh memberi kepatuhan, apatah lagi kalau kepatuhan dari manusia yang mereka mau.
Imam sufi besar, Sahl At-Tasatturi telah bercerita bahwa beliau pernah seorang wali Allah bersembahyang disatu tempat yang lapang, sedangkan dibelakangnya diikuti oleh roh-roh orang mukmin, para malaikat dan jin-jin Islam. Kalau makhluk dialam ghaib boleh memberi ketaatan kepada wali-wali, tentulah manusia yang hidup dialam nyata boleh beri ketaatan yang lebih dari itu.
Kesimpulannya, pemimpin bertaraf wali amat dirindui oleh dunia terutama orang-orang mukmin untuk menyelesaikan segala masalah manusia yang sudah semakin kronis, masalah yang tidak lagi dapat diselesaikan oleh akal dan kemajuan sains dan teknologi. Mudah-mudahan dengan berkah kepemimpinan wali Allah, dunia ini akan kembali aman dan tenteram. Pemimpin yang ada sekarang hendaklah sadar bahwa mereka sudah tidak layak memegang teraju negara sebagai pemerintah. Tujuan memerintah adalah untuk mengwujudkan keamanan bukan membawa kesengsaraan. Sedangkan pemimpin hari ini lebih banyak membawa huru-hara kepada dunia dari mengajak manusia untuk taat kepada tuhan. (Sumber buku 'Buku Bagaimana menjadi wali hal 79-85 karya Ust Abdul Halim Abbas dengan sedikit edit kata-kata)

Bagaimana menjadi wali bag. 10

Wali Abdal
Abdal artinya ganti, yaitu wali yang akan menggantikan kedudukan wali kutub apabila mereka meninggal. Bilangan wali Abdal tidak ada ulama yang memberi jawaban yang tepat, tetapi tentulah lebih dari satu orang. Kedudukan wali Abdal adalah umpama menteri-menteri kabinet yang mempunyai kementerian masing-masing. Kementerian dalam struktur pemerintahan wali-wali tidak dapat dikhususkan seperti kementerian dalam struktur pemerintahan orang awam. Firman Allah : “Allah saja yang mengetahui segala yang ghaib, maka Ia tidak memberitahu perkara yang ghaib yang diketahuiNya itu kepada sesiapa pun. (Al-Jin :26)
Iman wali Abdal tidaklah setinggi iman wali Kutub tetapi tidaklah sampai keperingkat iman ayan yaitu iman orang sholeh yang perlu melalui hisab yang banyak diakherat kelak. Peringkat nafsunya juga tidaklah sehebat nafsu wali kutub tetapi tidaklah sampai kepada nafsu yang masih mengajak membuat kejahatan seperti nafsu lauwamah. Artinya nafsu wali abdal berada dibawah sedikit daripada nafsu kamilah.
Wali Abdal menjadi penyambung lidah dan tugas wali kutub pada kementrian masing-masing. Kalau ada masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh Abdal maka diserahkan kepada wali kutub. Seperti Syeikh Hamad Dabbas menyerahkan masalah Abul Muzaffar bin Hassan kepada Syeikh Abdul Kadir Jailani.

Wali Nujabak
Nujabak artinya yang terpuji dan yang mulia. Bilangan mereka lebih ramai dari jumlah wali Abdal tetapi kedudukannya berada dibawah wali Abdal. Taraf mereka adalah seperti ketua setia usaha kementerian dalam kerajaan ataupun pegawai-pegawai 'super scale' (tingkatan tertinggi) artinya wali Nujabak itu adalah golongan super scale Akhirat. Akhlak golongan super scale adalah termasuk didalam akhlak orang-orang muqarrabin dan hati mereka senantiasa mendapat makrifah yang bersih.
Wali Nujabak boleh membuat 'decision' atau keputusan ketika menjalankan tugasnya tetapi tidak boleh menyentuh soal dasar seperti seorang setia usaha kementerian boleh membuat keputusan tanpa melibatkan soal dasar. Misalnya dalam kementerian pertanian, seorang setiausaha boleh merancang untuk mencipta pokok cantum yang lebih bermutu atau menerima pandangan bagaimana untuk mempertingkatkan hasil pengeluaran kelapa sawit atau lain-lain tanaman yang ada nilai komersial. Tapi seorang setia usaha dalam kementerian tidak berhak memberhentikan pekerja-pekerja ataupun mengubah peruntukan-peruntukan uang yang telah ditentukan bagi setiap projek.

Wali Autad
Autad artinya pasak yaitu pasak bagi alam. Kedudukan dan kuasanya lebih kecil dari kedudukan dan kuasa wali nujabak. Mereka adalah umpama ketua-ketua jabatan atau pengarah-pengarah dinegeri-negeri yang belum mencapai tingkatan 'super scale'. Wali Autad berada ditengah masyarakat seperti ketua-ketua jabatan yang berada pada tiap-tiap negeri.
Bersesuaian dengan gelaran pasak alam, kehadiran wali Autad ditengah masyarakat dapat membawa rahmat dan setiap bala yang akan menimpa akibat perbuatan manusia durhaka akan tertangguh dan tertolak. Keistimewaan ini adalah hasil dari hubungan baik wali autad dengan wali-wali yang berada diatasnya dan hubungan yang intim dengan Allah Swt. seperti ketua-ketua jabatan di negeri yang mempunyai hubungan baik dengan peringkat pusat akan memudahkan permohonan bantuan kepada negeri masing-masing
memandangkan kemungkaran yang semakin menjadi-jadi maka kehadiran wali autad ditengah masyarakat amat diperlukan supaya bala bencana dapat dikawal dengan barakah iman dan taqwa mereka. Menurut pandangan ahli-ahli rohani bahwa dunia ini akan hancur kalau tanpa wali-wali Allah. Oleh itu, wali Autad jangan dibuang dari masyarakat sampai membuang bekas-bekas kuburannya sekalipun. Membuang pasak berarti meminta keruntuhan. Negeri malaka telah menerima bencana akibat dari perbuatan meruntuhkan kubur-kubur wali yang patut dijadikan peringatan kepada orang-orang yang kemudian.

Wali Sadat
Wali Sadat adalah orang-orang besar agama yang takut kepada Allah. Mereka umpama ketua cawangan kementerian bagi sesuatu daerah. Mereka adalah penyambung lidah dan tugas wali autad hingga ke tempat-tempat yang terpencil. Artinya kedudukan mereka berada dibawah wali Autad tetapi jumlah mereka lebih banyak.

Wali Ahbab
Wali Ahbab adalah kekasih-kekasih Allah. Mereka adalah umpama pegawai-pegawai rendah didalam kementerian. Wali Ahbab adalah golongan yang patuh dan taat menjalankan tugas demi untuk mendaulatkan Islam seperti pegawai-pegawai rendah yang patuh menjalankan tugas demi untuk memajukan produktivitas negara. Wali Ahbab adalah golongan yang paling banyak karna mereka adalah golongan yang menerima arahan bukan golongan yang memberi arahan.
Wali Ahbab menggunakan perantaraan atau tawasul dengan wali-wali yang berada diatasnya untuk mendekatkan diri dengan Allah. Ibadah lahir mereka tidaklah setinggi wali kutub tetapi mereka mempunyai hati yang tulus dan karna ketulusan itulah Allah telah mengasihi mereka.
Struktur pemerintahan wali-wali tidaklah serumit seperti struktur pemerintahan orang awam. Pemerintahan wali-wali tidak banyak kementerian seperti banyaknya dalam struktur pemerintahan orang awam. Kedudukan wali sebagai orang yang beriman dan bertaqwa telah membantunya menyelesaikan sembarang masalah yang timbul didalam pemerintahan. Firman Allah : “Allah pembantu bagi orang yang bertaqwa” (Al-Jathiyah :19)
Firman Allah : “Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, akan Allah lepaskan dari kesusahan hidup dan diberikan rezeki dari sumber yang tidak diketahui. (Ath-Thalaq : 2-3)
Firman Allah : “Kalau sekiranya penduduk sebuah kampung beriman dan bertaqwa kepada Allah niscaya dibukakan kepada mereka keberkatan dari langit dan bumi.” (Al-A'raf :96)
Struktur pemerintah wali-wali diatur oleh Allah tetapi struktur orang awam lebih banyak diatur oleh nafsu mereka sendiri. Struktur pemerintah orang awam, makin diatur makin banyak masalah yang timbul. Masalah pelacur, rasuah, dadah, rompakan, hilang persaudaraan, pengangguran, bencana alam dan banyak lagi. Oleh karna struktur pemerintahan orang awam tidak menyelesaikan masalah rohani (hati), sedangkan segala masalah yang timbul adalah berpuncak dari rohani yang tidak sehat, maka masalah didalam struktur pemerintahan orang awam menjadi bertambah serius karna Allah berlepas tangan dari pemerintahan yang tidak didasarkan atas iman dan takwa. Jadi, struktur pemerintahan wali-wali diperlukan untuk memberi keamanan kepada negara dan seluruh cakrawala.
Struktur pemerintah yang mempunyai seorang wali Allah didalam setiap kementerian sudah cukup membawa tuah besar, apatah lagi kalau mayoritas ahli kabinet menjadi wali. Lebih bertuah dan berkat lagi kalau perdana menteri itu sendiri adalah seorang wali.(Sumber buku 'Buku Bagaimana menjadi wali hal 74-78 karya Ust Abdul Halim Abbas dengan sedikit edit kata-kata)

Bagaimana menjadi wali bag. 9

Pemerintahan wali-wali
wali-wali bertugas mengikuti syakilah (bakat) masing-masing. Bidang tugas wali-wali lebih luas daripada bidang tugas orang awam tapi tidaklah seluas bidang tugas para Rasul dan Nabi-nabi. Bidang tugas wali-wali lebih luas dari orang awam karena tugas wali-wali meliputi alam zahir dan alam ghaib. Bidang tugas wali-wali tidaklah seluas bidang tugas para Rasul. Dan nabi-nabi karna wali-wali tidak menanggung beban sebagaimana yang ditanggung oleh para rasul dan nabi. Sabda Rasulullah : “Bala yang paling berat akan ditimpa pada nabi-nabi, kemudian yang lebih mulia (aulia-aulia). Kemudian yang lebih mulia selepasnya (ahli-ahli sufi) dan akhirnya diuji seseorang mengikut iman masing-masing. (Riwayat Al-Bukhari, Ahmad dan At-Tirmidzi)
ada wali yang menjadi kepada pemerintah, ada wali yang menjadi 'decision maker' dan ada yang menjadi pakar intelligent. Ada wali yang menjadi murabbi (pendidik) dan ada yang menjadi pendakwah. Bagi wali-wali yang tidak mempunyai syakilah kepimpinan maka jadilah mereka sebagai ahli-ahli ibadah atau tukang-tukang doa. Walau apapun tugas yang dilahirkan oleh wali-wali, namun pada hakikatnya mereka mempunyai tugas yang lebih utama yaitu mendidik dan mentadbir roh muslimin ke arah mengenal Allah dan mengawasi gangguan yang datang dari musuh hati yang terdiri daripada hawa nafsu dan syaithan.
Keluasan bidang tugas wali-wali memerlukan kepada penyusunan. Dan ini bermakna mereka ada pentadbiran atau pemerintahan sendiri, seperti juga negara yang mempunyai corak pemerintahan sendiri atas tujuan untuk mengemas kinikan penyusunan bidang tugas masyarakat yang semakin luas. Komunis ada rejim Kremlinnya, Zionis ada rejim Tel Avivnya, Amerika ada dewan senatornya, maka wali-wali ada pemerintahan kerohaniannya. Pemerintahan manusia awam dibatasi oleh sempadan negara tetapi pemerintahan wali-wali meliputi seluruh alam cakrawala.
Struktur pemerintahan wali-wali seperti juga struktur pemerintahan orang awam tetapi ia lebih teguh karna dibina atas tunjang iman dan taqwa, dan lebih luas karena pemerintahannya meliputi seluruh makhluk Allah sama ada yang zahir maupun yang ghaib. Didalam struktur pemerintahan wali-wali ada kuas seperti perdana menteri, menteri kabinet, ketua setiausaha kementerian, ketua jabatan nageri, ketua cawangan dan pegawai-pegawai rendah, tapi dengan menggunakan istilah yang tersendiri berdasarkan peringkat taqarub (dekat) mereka dengan Allah, yaitu wali kutub, wali abdal, wali nujabak, wali autad, wali sadat dan wali ahbab.
Menentukan peringkat wali dalam struktur pemerintahan wali-wali terdapat pendapat yang berbeda-beda seperti beda-bedanya pendapat dalam menentukan jarak antara langit dan bumi. Bagi sayidina Ali r.a jarak antara langit dan bumi adalah sedetik bagi perjalanan cahaya, manakala ahli-ahli saintis menjawab dengan perkiraan yang hanya difahami oleh golongan mereka. Tiada siapa yang dapat memberi jawaban yang tepat. Hanya Allah yang lebih mengetahui. Demikian juga Allah-lah yang lebih mengetahui tentang peringkat-peringat wali dalam struktur pemerintahan wali-wali. Yang lebih utama dalam persoalan ini ialah untuk menghapuskan pandangan negatif terhadap bidang tugas wali-wali yang selama ini hanya dibataskan pada pandangan ibadah dan pemencilan diri.

Struktur pemerintahan wali-wali.
Wali Kutub
Wali Kutub hanya ada seorang saja, karna ia adalah ketua bagi seluruh wali. Ia umpama perdana menteru dalam struktur pemerintahan orang awam. Wali kutub juga dikenali dengan nama Ghausul A'dzham. Diantara mereka yang dapat mencapai peringkat ini ialah Imam Syafei, Syeikh Abdul Jailani, Abu Yazid Al-Busthami, Syeikh At-Tijani, Uwais Al-Qarni, Imam Muhyiddin Ibnu Arabi dan ramai lagi yang namanya menjadi rahasia Tuhan. Kadang-kadang pelantikan sebagai wali kutub diisytiharkan dihadapan orang-orang awam seperti pengisytiharan syeikh Abdul Kadir Jailni dihadapan murid-muridnya. Kadang-kadang hanya diisytiharkan dikalangan wali-wali dan kadang-kadang hanya Allah saja yang mengetahui. Yang penting bagi mereka bukan nama kedudukan tetapi tugas yang menjadi tanggung jawab dapat dilaksanakan.
Wali kutub telah mencapai tahaf makrifah (mengenal Allah) dan pintu hatinya senantiasa terbuka luas menerima ilmu dari alam malakut (alam yang tinggi). Imannya adalah peringkat iman hakikat yang menghampiri iman para Nabi dan Khulafa Ar-Rasyidin. Nafsunya adalah peringkat nafsu kamilah yang mengajak membuat kebaikan. Firman Allah : “Hai jiwa yang tenang (nafsu muthmainah), kembalilah pada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. Dan masuklah kedalam jemaah hamba-hamba-Ku. Dan masuklah kedalam Syurga-Ku. (Al-Fajr : 27-30)
kekuatan roh wali kutub membolehkan ia berjalan keseluruh alam sama ada secara zahir dan batin, dan boleh berada di 2-3 tempat dalam satu masa.
Pencapaian kedudukan yang tinggi di sisi Allah membolehkan wali kutub menentukan semua wali-wali yang berada dibawah pemerintahannya, mendidik serta menentukan kedudukan mereka dan menyelesaikan masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh wali-wali yang berada dibawahnya. Syeikh Abdul Kadir Jailani yang menjadi wali kutub pada zamannya telah mengesahkan pelantikan seorang rahib sebagai wali dengan mengajarnya mengucap dua kalimah syahadah karna masih beragama kristin. Kemudian dipotong jambangnya yang panjang dan diletakkan kopiah diatas kepalanya.
Syeikh Abdul Kadir Jailani juga telah mengesahkan pelantikan Imam Muhyiddin sebagai wali kutub dizamannya ketika Imam Muhyiddin masih berada didalam rahim ibunya lagi. Syeikh Ali Arabi yaitu ayah iamam Muhyiddin mengadu dia masih tidak mempunyai anak. Syeikh Abdul Kadir Jailani menyuruh Syeikh Ali Arabi menggosokkan belakangnya dengan belakang Syeikh Abdul Kadir untuk mendapat barakah bagi mendapatkan anak lelaki. Kemudian Syeikh Abdul Kadir berpesan supaya menamakan anak yang bakal lahir sebagai Muhammad Muhyiddin dan beliau akan menjadi wali kutub. Setelah dewasa, pengesahan Syeikh Abdul Kadir Jailani menjadi kenyataan dan Imam Muhyiddin mendapat gelaran 'Syeikh Akbar'.
Kuasa pelantikan yang ada pada wali kutub boleh diibaratkan dengan kuasa pelantikan yang ada pada perdana menteri bagi sesebuah negara, cuma bedanya, pelantikan yang dilakukan oleh wali kutub berdasarkan syarat-syarat kewalian tapi pelantikan yang dilakukan oleh perdana menteri berdasarkan kelulusan akademik, kepandaian melobi, kekuatan pengaruh dan uang.
Wali kutub juga mempunyai kuasa pembatal atau kuasa veto seperti kuasa veto yang dimiliki oleh negara-negara adi kuasa (Amerika, Perancis, Jerman, Rusia dan China) dalam PBB. Dengan kuasa veto, sesuatu ketetapan dapat dibatalkan kuasa veto pada negara-negara adi kuasa boleh membatalkan sesuatu keinginan orang lain dengan izin Allah.
Sebagai contoh saya tuturkan sebuah kisah yang menunjukkan kuasa pembatal yang ada pada wali kutub ceritanya begini. Seorang saudagar di Baghdad bernama Abul Muzaffar bin Hassan telah berjumpa dengan Syeikh Hamad Dabbas untuk memberitahu bahwa beliau telah menyiapkan satu kafilah membawa barang-barang dagangan berharga tujuh ratus dinar ke Syria. Syeikh Hamad melarang Abul Muzaffar pergi pada tahun itu karna menurut pandangan mukasyafahnya, kemungkinan besar beliau akan dibunuh dan barang dagangannya akan dirompak. Abul Muzaffar merasa susah hati mendengar berita tersebut karna beliau sangat perlu untuk pergi ke Syria dan segala persiapan telah dibuat.
Dalam perjalanan pulang, Abul Muzaffar telah bertemu dengan Syeikh Abdul Kadir Jailani dan beliaupun menceritakan masalahnya dan pandangan Syeikh Hamad. Syeikh Abdul Kadir Jailani berkata, “Teruskan perjalananmu itu, engkau akan selamat dan kembali membawa barang dagangan dengan selamat.” Atas jaminan Syeikh Abdul Kadir Jailani, Abul Muzaffar pun berangkat ke Syria membawa kafilahnya beserta barang dagangan.
Abul Muzaffar telah mendapat keuntungan keuntungan yang besar karna barang-barang dagangannya yang bernilai 700 dinar habis dijual dengan keuntungan sebanyak 3000 dinar. Dalam perjalanan pulang beliau telah singgah di bandar Halb dan kemudian masuk kedalam Saqayah (tempat pembekalan air minuman) membuang air, pundi uang yang berisi 1000 dinar diletak disatu ceruk. Setelah selesai menunaikan hajatnya, beliaupun keluar tanpa membawa pundi uang tersebut karna terlupa. Beliau terus ke tempat istirahat dan tertidur disitu.
Didalam tidurnya, Abul Muzaffar telah bermimpi seperti yang digambarkan oleh Syeikh Hamad dalam pandangan mukasyafahnya. Segerombolan penyamun telah menyerbu kafilahnya lalu membunuh orang-orangnya. Beliau sendiri ditikam dan seluruh uang serta barang-barangnya dirampas. Ketika itu Abul Muzaffar terbangun dari tidurnya dan merasai lehernya sakit. Setelah itu beliau teringat pada pundi uangnya yang tertinggal didalam saqayah. Apabila dicari, pundi uang tersebut dijumpai ditempat asalnya. Abul Muzaffar beserta kafilahnya telah pulang ke Baghdad dengan selamat.
Abul Muzaffar tidak tahu siapa yang patut beliau jumpai terlebih dahulu kepada Syeikh Hamad yang lebih tua atau Syeikh Abdul Kadir Jailani yang tepat telahannya. Kebetulan beliau bertemu dengan Syeikh Hamad terlebih dahulu dan Syeikh Hamad menyuruhnya pergi bertemu dengan Syeikh Abdul Kadir Jailani yang sangat dicintai Allah dan mencintai Allah. Syeikh Abdul Kadir Jailani telah shalat 70 rakaat supaya Allah tukarkan peristiwa tersebut dalam mimpi.
Pandangan mukasyafah Syeikh Hamad terhadap bala yang akan menimpa Abul Muzaffar dilihat juga oleh Syeikh Abdul Kadir Jailani. Perbedaan diantara keduanya ialah kemampuan Syeikh Abdul Kadir Jailani menolak peristiwa tersebut kedalam mimpi dengan izin Allah, Sebab beliau adalah seorang wali kutub.
Wali Kutub menyelesaikan masalah rakyat mengikuti keadaan zamannya. Kalau zamannya terdapat banyak mujadalah tentang Syariat hingga sampai ke hukum furu' maka lahirlah Imam Syafei membawa hukum fiqih yang terang. Kalau zamannyaa terdapat ramai kekasih-kekasih Allah dengan karamah-karamahnya, maka lahirlah Syeikh Abdul Kadir Jailani yang kakinya berada diatas leher semua wali-wali. Dan kalau zamannya terdapat berbagai-bagai ideologi yang sesat seperti zaman sekarang, maka wali kutub yang ampil kehadapan ialah seorang yang tajam dan terang fikrah yang dibawanya. (Sumber buku 'Buku Bagaimana menjadi wali hal 68-74 karya Ust Abdul Halim Abbas dengan sedikit edit kata-kata)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...