Kaedah Melawan Hawa Nafsu
Allah SWT telah berfirman :
“Orang-orang yang bermujahadah pada jalan kami, niscaya kami
tunjukkan jalan kami. Sesungguhnya Allah bersama dengan orang yang
berbuat baik.” (Al-Ankabut : 69)
dan dalam ayat ini yang lain Allah
berfirman : “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan
kefasikan dan ketakwaan) sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa (nafsunya) itu. Dan sesungguhnya rugi (celaka) lah
orang yang mengotorinya.” (Asy Syams: 8-10)
Untuk mendapatkan iman, Allah
memerintahkan kita supaya melawan nafsu. Karna nafsu yang bersarang
dihati itu senantiasa mengajak kita supaya mendurhakai Allah. Firman
Allah :“Sesungguhnya nafsu (Amarah) itu sangat menyuruh yang
jahat.” (Yusuf : 53). Dalam usaha melawan nafsu itu kita
dikehendaki menempuh tiga peringkat :
-
Takhalli (Mengosongkan atau membuangkan atau mensucikan);
-
Tahalli (Mengisi atau menghiasi);
-
Tajalli (Terasa kebesaran dan kehebatan Allah).
Takhalli
di peringkat takhalli kita mesti
melawan dan membuang terus semua kehendak-kehendak nafsu yang rendah
dan dilarang Allah. Selagi kita tidak mau membenci, memusuhi dan
membuangnya jauh-jauh daripada diri kita, maka nafsu itu akan
senantiasa menguasai dan memperhambakan kita. Bersabda Rasulullah SAW
:
“Sejahat-jahat musuh engkau ialah
nafsu engkau yang terletak diantara dua lambung engkau” (Riwayat
AL-Baihaqi)
karna kejahatannya itu, telah ramai
manusia yang ditipu dan diperdayakan untuk tunduk bertuhankan hawa
nafsu. Firman-Nya “Apakah tidak engkau perhatikan orang-orang yang
mengambil hawa nafsu menjadi Tuhan, lalu dia disesatkan Allah.” (Al
Jaathiyah: 23)
Apabila nafsu dibiarkan menguasai hati,
iman akan tiada tempat dihati. Bila iman tidak ada, manusia bukan
lagi menyembah Allah, Tuhan yang sebenar-benarnya, tetapi menyembah
hawa nafsu. Oleh itu usaha melawan hawa nafsu janganlah dianggap
ringan. Ia adalah satu jihad yang besar. Ingatlah sabda Rasulullah
SAW kepada para sahabat ketika baginda berangkat pulang dari satu
medan peperangan :
kita baru balik dari satu peperangan
yang kecil untuk berhadapan dengan peperangan yang lebih besar. Bila
sahabat-sahabat bertanya, “Peperangan apakah itu?” Baginda
berkata: Peperangan melawan hawa nafsu. (Riwayat Al-Baihaqi)
Melawan hawa nafsu sangatlah sukar.
Barangkali kalau nafsu itu ada diluar jasad kita dan boleh pula
dipegang senanglah kita pijit-pijit dan membunuhnya sampai mati.
Tetapi nafsu kita itu ada dalam diri kita, mengalir bersama aliran
darah, menguasai seluruh tubuh kita. Karna itu tanpa kesadaran dan
kemauan yang sungguh-sungguh, kita pasti dikalahkan untuk
diperalatkan semau-maunya.
Nafsu manusia itu mempunyai beberapa
peringkat, sebagaimana iman yang juga berperingkat-peringkat. Seorang
yang dapat mengalahkan nafsunya akan meningkat ke taraf nafsu yang
lebih baik. Begitulah seterusnya, hingga nafsu manusia itu
benar-benar dapat ditundukkan pada perintah Allah.
Berikut ialah peringkat-peringkat
nafsu. Saya utarakan dari peringkat yang serendah-rendahnya:
-
Nafsu Ammarah
-
Nafsu Lauwamah
-
Nafsu Mulhamah
-
Nafsu Muthmainah
-
Nafsu Rodhiah
-
Nafsu Mardhiah
-
Nafsu Kamilah
kita yang berilman ilmu ini baru berada
ditaraf nafsu yang kedua yaitu nafsu lauwamah. Kita mesti berjuang
melawan nafsu itu sehingga ia mau tunduk sepenuhnya kepada perintah
Allah, yaitu paling minimal nafsu Muthmainah yang ada pada seseorang
yang memiliki iman. Diperingkat ini, saja kita akan dapat
menyelamatkan diri dari siksa neraka. Ini dinyatakan sendiri oleh
Allah SWT dengan firman-Nya : “Hai jiwa yang tenang (nafsu
mutmainnah), kembalilah pada Tuhamu dengan hati yang puas lagi
diridhaiNya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hambaKu. Dan masuklah
kedalam syurga-Ku. (Al-Fajr : 27-30)
Nafsu jahat dapat kita kenali melalui
sifat keji dan kotor yang ada pada manusia.dalam ilmu tasawuf, nafsu
jahat dan liar itu dikatakan sifat Mazmumah. Diantara sifat-sifat
Muzmumah ialah:
-
Sum'ah
-
Riya
-
Ujub
-
Takabbur (sombong)
-
Hasad dengki
-
Gila pujian (masyhur)
-
Pemarah
-
Dendam
-
Bakhil
-
Penakut
-
Cinta dunia
-
Gila Pangkat
-
Gila Harta
-
Banyak berbicara
-
Banyak makan
-
mengumpat
Sifat-sifat ini melekat di hati seperti
daki melekat di badan. Kalau kita malas menggosok, akan bertambah
menebal dan kuatlah ia bertapak. Sebaliknya kalau kita rajin meneliti
dan menggosoknya maka akan bersihlah hati dan sucilah
jiwa.Bagaimanapun untuk membuang sifat mazmumah dari hati tidaklah
semudah membuang daki di badan.Ia memerlukan latihan jiwa yang
sungguh-sungguh, didikan yang berterusan dan petunjuk dari guru yang
mursyid ialah guru yang dapat membaca dan menyelami hati muridnya
hingga ia tahu apakah kekurangan dan kelebihan murid itu. Malangnya
di akhir zaman ini kita ketiadaan guru mursyid. Ini dinyatakan
sendiri oleh baginda Rasulullah Saw; bahwa di akhir zaman hanya ada
mubaligh, tetapi tiada guru yang mursyid.
Nasib kita hari ini umpama nasib anak
ayam yang kehilangan ibu. Tidak ada yang akan memandu kita melalui
jalan kebaikan yang ingin kita tempuhi. Meraba rabalah kita.Tetapi
bagi orang yang mempunyai keazaman yang kuat untuk membersihkan
jiwanya,dia tidak akan kecewa hanya karena tiada orang yang boleh
mendidik dan memimpinnnya. Dia akan sanggup berusaha sendiri demi
kesempurnaan diri dan hidupnya. Kalau ia sadar bahwa padanya ada
sifat bakhil, maka ia berazam untuk mengikis sifat yang terkutuk itu.
caranya: Ia akan coba membiasakan dan memperbanyakan derma, sedekah,
hadiah dan lain-lain amalan yang berupa pemberian haknya kepada orang
lain.
Saya petik beberapa ayat Al Quran dan
hadits untuk menunjukkan Allah dan Rasul-Nya sangat menganjurkan
sifat pemurah itu.
Firman Allah: “Berimanlah kamu kepada
Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkan sebagian dari hartamu yang Allah
telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman
diantara kamu dan menafkahkan (sebahagian) dari hartamu memperoleh
pahala yang besar. (Al-Hadid :7)
Firman-Nya lagi: “Siapa yang mahu
meminjamkan kepada Allah pinjamkan yang baik,maka Allah akan
melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya,dan dia akan
memperolehi pahala yang banyak. (Al-Hadid :11)
Bersabda Rasulullah Saw yang maksudnya:
“Membantu perempuan janda dan orang miskin, samalah seperti
berjihad pada jalan Allah dan seperti berpuasa siang hari dan
beribadah di malam hari.”
Sebenarnya bukan saja hanya pada orang
kaya dan berharta, bahkan orang miskin juga tidak mustahil dihinggapi
penyakit bakhil. Karena itu dalam islam bukan saja itu boleh
dilakukan dengan harta benda tetapi boleh juga dilakukan dengan cara
lain.Cara-cara ini disamping mendidik akhlak mulia bagi semua orang
juga memberi peluang pada orang miskin mengikis sifat bakhil di
samping turut mendapat pahala sedekah. Allah swt berfirman:
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf, lebih baik dari sedekah
yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan penerima).
Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. (Al Baqarah : 263)
Rasulullah saw pernah memberi
garis-garis berikut dalam satu riwayat haditsnya: “segala perbuatan
yang baik itu sedekah, senyuman kepada saudaramu itu sedekah”
Sabda Rasulullah saw: “Maukah aku
kabarkan kepadamu amalan yang lebih tinggi dari derajat puasa,
sembahyang dan sedekah. “Khabarkanlah” kata sahabat-sahabat
Rasulullah lalu menjelaskan, Mendamaikan dua golongan yang bergaduh.”
dengan menggunakan panduan-panduan
diatas, orang yang menyadari ada padanya sifat bakhil, boleh coba
melatih diri untuk mengubahnya. Bila ada saja peluang untuk
bersedekah dan sebagainya, jangan dibiarkan begitu saja. Paksalah
hati untuk mengeluarkan harta atau bertindak memberi kebaikan kepada
orang lain.
Diwaktu-waktu rasa bakhl itu terasa
kuat bergantung dihati, waktu itulah perlawanan mesti dihebatkan.
Keluarkan apa-apa yang disayangai itu segera dan banyak-banyak.
Latihan ini akan jadi lebih berkesan kalau kita sanggup mengeluarkan
harta itu semasa kita sendiri kekurangan.
Katakanlah kita didatangi oleh
peminta-peminta. Diwaktu itu kita hanya ada Rp. 5000 didalam saku.
Waktu itu paksa hati supaya mengeluarkan separuh dari yang ada.
Tentulah berat, tetapi keluarkan juga. Insya Allah, kalau ini sanggup
kita buat selalu, kita akan jadi seorang pemurah dan rasa bakhil akan
lenyap terus dari hati kita.
Sifat takabur, sombong dan
bermegah-megah adalah mazmumah yang patut sangat dikikis segera.
Kalau tidak ia akan menutup semua jalan-jalan kebaikan yang mungkin
bagi manusia. Hampir semua dari kita ada sifat sombong atau ego ini.
Dan untuk membuangnya adalah susah sekali. Imam Ghazali berkata bahwa
sifat ego itu hampir-hampir mustahil dapat dibuang semuanya dari jiwa
manusia. Bagaimanapun kita perlu berusaha untuk mengurangkannya. Kita
mesti coba merendah diri dengan memaksa hati untuk merasa dan
mengakui kelemahan atau kekurangan kita sebagai manusia biasa. Dalam
perselisihan pendapat atau keributan misalnya, coba rasakan kesalahan
itu adalah pihak kita. Atau akuilah bahwa kita juga turut bersalah.
Bukankah ada pepatah mengatakan, “Bertepuk sebelah tangan masakan
berbunyi.”
kalau kita mampu dan berani mengakui
kesalahan, akan mampu pulalah kita minta maaf. Dan hanya dengan
meminta maaf saja dosa kita sesama manusia akan terhapus. Oleh itu
perlu sangatlah kita melatih diri untuk melawan sifat sombong
(takabur) itu.
Latihan yang lebih berkesan dari yang
disebut diatas ialah biasakan diri tinggal bersama orang-orang yang
dipandang rendah oleh masyarakat. Orang-orang susah, peminta sedekah,
orang cacat dan siapa saja yang setaraf, kita dampingi dan gauli.
Duduk, bercakap-cakap, makan minum dan tidur bareng bersama mereka.
Waktu itu jiwa ego kita akan memberontak dan tersiksa sekali. Timbul
rasa malu, kesal, terhina dan tersiksa sekali. Maklum kita sama
merasa orang lain mengejek dan merendah-rendahnya. Biarkan saja.
Bisikkan dihati, “memang kamu ini asalnya miskin dan hina. Berasal
dari tanah dan akan menjadi tanah. Datang ke dunia dulu tanpa seurat
benang dan sesen uang pun.”
kalaulah amalan ini dibiasakan, insya
Allah sifat ego itu sedikit demi sedikit akan dapat kita buang dari
hati dan ingatlah firman Allah :
“Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia (karna sombong) dan janganlah kamu berjalan
dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak suka seseorang
yang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman : 18)
Allah berfirman lagi :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah
satu golongan menghina golongan yang lain karena boleh jadi mereka
yang hina lebih baik dari mereka yang menghina. Dan jangan pula
wanita (menghina) wanita yang lain (karna) boleh jadi wanita yang
dihina lebih baik dari wanita yang menghina. (Al-Hujurat :11)
Janganlah kita berjalan dimuka bumi
dengan sombong karna kekuatan kita tentu tidak mungkin dapat membelah
bumi dan ketinggian kita tentu tidak dapat menyamai bukit.
Satu lagi penyakit hati yang saya
uraikan adalah takut, takut adalah penyakit jiwa yang perlu
diberantas. Kalau tidak, ia akan senantiasa mengancam manusia,
menyempit ruang hidup manusia, melemah malah terus menyekat kebebasan
dan kemerdekaan manusia.
Rasa takut yang menguasai hati akan
bertindak dalam berbagai bentuk, mengikut suasana yang dihadapi.
Takut hanti, takut harimau, takut ular, takut penjahat, takut miskin,
takut dikatain orang, takut menegakkan kebenaran, takut maksiat dan
takutkan Allah.
Diantara rasa takut yang dijelaskan
diatas ada rasa takut yang dilarang syariat, ada pula rasa takut yang
disuruh oleh syariat. Perlu diketahui bahwa kedua-dua jenis takut ini
tidak mungkin mengisi hati manusia dalam satu ketika. Kalau rasa
takut yang dilarang syariat ada dalam hati. Maka rasa takut yang
disuruh oleh syariat tiada. Sebaliknya kalau takut yang disuruh
syariat mengisi ruang hati maka takut yang dilarang hilang tempatnya.
Tujuan melawan nafsu yang dianjurkan
oleh syariat adalah untuk membuang segala rasa takut yang dilarang
untuk diganti dengan rasa takut yang disuruh. Puncak rasa takut yang
dikehendaki oleh syariat ialah rasa takut kepada Allah. Dengan arti
takutan segala azab yang dijanjikan di dunia apaagi di akhirat.
Untuk itu, kita mesti melawan nafsu
yang takut pada hantu, momok dan sebagainya. Setiap kali kita
terserempak dengan suasana itu, jangan kita mengalah dengan nafsu.
Kuatkan hati dan tanamkan keyakinan bahwa Allah saja yang layak kita
takuti. Selebihnya itu lain hanyalah makhluk seperti kita yang tidak
ada kuasa apa-apa.
Untuk lebih berkesan, coba ditengah
malam kita pergi sendirian ditanah perkuburan atau tempat-tempat yang
seram. Masya Allah! Tentulah takut. Takut itulah yang mesti kita
lawan. Lawan dengan iman dan ilmu yang ada bahwa tidak ada suatu
kuasa pun yang boleh memberi kesan melainkan kuasa dan izin Allah.
Isikan hati waktu itu dengan dzikrulah. Sadar dan yakinkan diri bahwa
Allah senantiasa bersama, Allah itu bersama kita. Allah sedang
melihat apa yang kita lakukan, Allah maha mendengar apa yang kita
katakan. Allah maha mengetahui segala masalah hati kita. Allah maha
penolong, pembantu, penyelamat dan kasihan belas pada hamba-Nya yang
mau mengikut jalanNya. Firman Allah : “Orang-orang yang
bermujahadah (berjihad) pada jalan kami, akan kami tunjukkan jalan
kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang yang berbuat
baik. (Al-Ankabut :69)
Lakukan latihan ini dengan tawakal dan
doa yang sungguh-sungguh, agar Allah merestui dan memudahkan
perjalanan kita dalam membuang rasa takut itu, dan diganti dengan
ingatan dan keyakinan hanya pada-Nya.
Bagi orang-orang yang ingin menegakkan
kebenaran tetapi takut dikata orang, takut dihina, takut di benci dan
disingkirkan, juga wajib bermujahadah. Lawanlah rasa takut yang
begitu dengan bertindak melakukan amalan tersebut. Misalnya kita
takut hendak mengantar anak belajar di sekolah agama dengan alasan
takut tidak dapat kerja, gelap masa depan disamping takut kan hidup
yang kononnya ketinggalan zaman.
Cara melawannya ialah antarkan saja
anak ke sekolah agama yang bimbingan itu. Kuatkan hati, pejamkan
mata, pekakkan telinga dan lepaskan si anak pergi. Apa saja yang
dibisikan nafsu dan syaitan kita lawan, jangan layani. Tawakal dan
berdoalah kepada Allah semoga usaha ini di restui oleh Allah bukakan
jalan-jalan kemenangan pada kita di dunia dan akhirat.
Bagi orang-oarang yang tidak melawan
hawa nafsu, imannya tidak mungkin dapat bertambah, malah makin
berkurang. Sama dengan mereka sadar atau tidak mereka telah
diperhambakan oleh nafsu, mendapat kecelakaan dan kutukan Allah di
dunia dan akhirat.
Sebenarnya apa yang ditakuti, baik
hantu, maupun kemiskinan atau penghinaan orang pada hakikatnya tidak
wujud sama sekali. Adakah hantu yang bertugas mencekik dan membunuh
orang? Benarkah orang yang bersekolah agama miskin dan hina?
Renungilah dan hayatilah hakikat ini. Kemudian sesuaikan pula dengan
firman Allah: “Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu tolong
Allah, Allah akan menolongmu dan Dia akan menetapkan kedudukanmu
(Muhammad: 7)
Demi Allah yang tidak akan mangkir
janji, yakinlah bahwa setiap usaha yang bertujuan mancari
keridhaan-Nya pasti mendapat jaminan dan dimuliakan .
Seperkara yang harus kita sadar bahwa
Allah yang Maha Pemurah dan Pengasih itu senantiasa bersedia untuk
menolong siapa saja dari hampa-Nya.Ini karena telah ditetapkan-Nya
bahwa untuk mendidik hati dan menambah iman itu perlu kita banyakkan
latihan melawan nafsu, maka Allah sendiri selalu memberi peluang pada
kita untuk berbuat begitu.
Mehnah atau ujian dari Allah yang
selalu menimpa kita seperti miskin, sakit, kematian, kesedihan,
kecacatan anggota, kekurangan rupa paras, lemah, bodoh, kata nista
dan hasad dengki orang, bencana alam dan lain-lain kesusahan dan
penderitaan adalah peluang yang Allah berikan untuk kita
bermujahadah. semakin tinggi taraf iman seseorang semakin banyaklah
ujian yang akan Allah datangkan. Demikian maksud sabda Rasulullah :
“Bala paling berat akan ditimpa pada Nabi-nabi kemudian yang lebih
mulia (aulia-aulia), kemudian yang lebih mulia selepasnya (ahli-ahli
sufi) dan akhirnya diuji seseorang sesuai iman masing-masing.
(Riwayat Bukhari, Ahmad dan Tarmizi)
Apabila jiwa dihimpit dengan
kesusahan-kesusahan,artinya nafsu tercabar. Nafsu bakhil, sombong,
penakut, dan lain-lain mazmumah itu menjadi sakit dan tersiksa setiap
kali ditimpa ujian. Siapa saja, Islam atau kafir selagi hamba Allah,
pasti merasakan demikian. Bagi orang-orang yang beriman, mereka sadar
maksud Allah berbuat begitu. Setiap kali ditimpa ujian, ia
cepat-cepat memberitahu hatinya bahwa kalau ia sabar dan redha dengan
ujian itu ia pasti akan mendapat satu dari pada dengan ujian itu ia
pasti akan mendapat satu daripada dua:
-
Penghapus dosa atau
-
Kasih sayang Allah dan pangkat derajat Syurga
Apabila itu diyakini sungguh-sungguh,
bagi kita yang bertaraf iman ilmu tentu akan sanggup bermujahadah,
memaksa nafsu untuk merasa tidak ada apa-apa dan tenang dengan
penderitaan itu. Katalah kita miskin, maka pujuklah hati untuk tidak
rasa apa- apa dengan kemiskinan. Kajilah kebaikan yang diperolah oleh
orang miskin, didunia maupun di akhirat. Misalnya di dunia kita
beruntung, tidak tamak, tidak bertanggung jawab membantu oran lain
.Di akhirat pula hisab di kurangkan dan syurga dipercepatkan.
Kemudian ajaklah hati untuk menerima
pemberian Allah itu dengan ridha, tanpa kesal dan berburuk sangka
dengan Allah. Yakinlah bahwa Allah cukup tahu kenapa kita perlu
miskin, sebab itu Dia berbuat demikian. Dan kita pula cukup lemah
untuk mengetahui hakikatnya apa lagi untuk menangkisnya.Umpama baju,
yang tidak pernah tau kenapa ia kadang-kadang di basuh, kadang-kadang
di gosok, kadang-kadang dijahit, kadang-kadang dipakai dan
kadang-kadang di buang.Maka begitulah kita, karena jahilnya kita
tentang rahasia diri dan hati sendiri maka amat munasabahlah untuk
kita ridha dan sabar dengan ketentuan Allah kepada kita.
Memang diperingkat mujahadah, hati
masih sakit dan tidak puas hati. Jagalah supaya kita tidak gelisah,
tidak mengungkit-ungkit, tidak mengadu-ngadu dan tidak buruk sangka
terhadap Allah. kalau sifat ini dapat dikenalkan, insya-Allah peluang
untuk meningkatkan iman adalah besar. Sebaliknya kalau setiap ujian
dihadapi dengan keluh kesah, kebimbangan, tidak sabar, dan buruk
sangka terhadap Allah, bersedialah untuk menanggung kegelisahan jiwa
yang lebih perih dan penderitaan di akhirat yang amat pedih.
Keimanan yang tertinggi di kalangan
para Nabi dan orang-orang Muqarrobin menjadikan mereka itu lebih
senang hidup dalam kesusahan dari pada kesenangan. Mereka lebih
inginkan kekurangan daripada kecukupan. Sebagai bukti lihat doa
Rasulullah saw: “Wahai Tuhan, hidupkan aku dalam kemiskinan,
matikan aku dalam kemiskinan dan kumpulkan aku dalam syurga bersama
orang-orang miskin. (Riwayat At Tarmizi)
Sayidina Ali dalam sejarah hidupnya
pernah di satu ketika hanya memiliki sebiji kurma untuk berbuka
puasa. Namun tiba-tiba datang peminta sedekah meminta makanan dan
terus diberikannya kurma yan sebiji itu.
Seorang perempuan di zaman Rasulullah
yang mempunyai tiga orang anak lelaki, sanggup melepaskan semua
anaknya ke medan perang. Dia senyum ketka anak sulung dan anak
keduanya mati syahid dimedan perang. Tetapi menangis bila diberitahu
anak bungsunya juga syahid.Bila ditanya kenapa dahulu senyum,
sekarang menangis? Beliau menjawab: “Aku sedih karena tiada lagi
anak yang boleh ku korbankan untuk jihad fisabilillah.”
Coba bandingkan kemampuan mereka dalam
bukti diatas dengan kemampuan kita. Kemudian carilah faktor penting
yang menjadikan perbedaan itu. Apabila disadari bahwa imanlah
puncaknya maka tiada jalan lain untuk kita sampai setingi mereka
selain dari membanyakkan latihan mujahadah dalam segala
peluang-peluang yang Allah sediakan. Mujahadah melenyapkan segala
mazmumah yang bermacam-macam. (Sumber Buku “Bagaimana menjadi wali”
dengan sedikit edit kata-kata)
No comments:
Post a Comment