“Ingatlah bahwa
sesungguhnya wali-wali Allah tidak ada kekhawatiran atas mereka dan
tidak pula berdukacita. Mereka adalah orang-orang yang beriman dan
senantiasa bertaqwa. Bagi mereka itu berita gembira dalam kehidupan
didunia dan kehidupan akhirat. Tidak ada perubahan bagi janji-janji
Allah.Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (Yunus
62-64)
Untuk jadi wali nikah
memang mudah, tetapi untuk menjadi wali Allah seperi yang tertera
dalam ayat Al Quran di atas, seseorang itu perlu beberapa proses
pembedahan ke arah pembersihan rohani sama ada secara langsung dari
Allah atau pun melalui proses mujahadah dibawah pimpinan guru mursyid
yang dinamakan suluk.
Firman Allah :
“Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya. (Asy syams :9)
Proses pembedahan ini
bukanlah mudah untuk ditempuh atau ditanggung. Ia jauh lebih payah
dan sakit daripada pembedahan zahiriah untuk membuang penyakit
zahiriah. Banyak yang gagal tetapi bagi mereka yang menang,mereka
memperolehi segala janji Allah yaitu kehidupan gembira di dunia dan
kehidupan gembira di akhirat.
Secara umum terdapat dua
cara untuk menjadi wali: Pertama melalui Mauhibah (pilihan terus dari
Allah ) dan Kedua melalui suluk (melalui proses mujahadah dibawah
pimpinan guru mursyid). Menjadi wali melalui Mauhibah ibarat
seseorang yang bercita-cita untuk menuju ke sebuah pulau dan boleh
sampai dengan sekedip mata tanpa menaiki sampan dan menempuh bahaya
dilautan.Menjadi wali melalui suluk ibarat seorang yang bercita-cita
untuk menuju ke sebuah pulau tetapi terpaksa melalui segala rintangan
di lautan yang kadang-kadang bahayanya diluar daripada jangkauan
akal.
Pertama :Menjadi Wali
melalui Mauhibah.(pilihan terus dari Allah )
Golongan ini dinamakan juga
dengan panggilan Murad “ Orang yang dikehendaki.” Mereka
dikehendaki mendapat petunjuk terus dari Allah untuk menjadi
kekasih-Nya tanpa melalui pimpinan guru mursyid atau tanpa melalui
proses mujahadah yang lama.Menjadi wali melalui Mauhibah tidak perlu
diperbahas panjang lebar karena itu adalah urusan Allah.Allah yang
berhak menentukan mana satu hamba yang dicintai untuk diangkat
menjadi wali tanpa campur tangan dari manusia .Selalunya golongan
Murad (orang yang dikehendaki) memiliki amalan tersembunyi yang
relatif tetapi sungguh istimewa bagi pandangan Allah.
Antara yang paling jelas
dalam sejarah ialah pemilihan seorang rahib Kristian dari
Konstantinople menjadi wali.Allah mengangkat rahib tersebut menjadi
kekasih-Nya atas sebab kebersihan jiwanya meskipun masih beragama
Kristian.Setelah beliau mengucap dua kalimah syahadah terus diangkat
menjadi wali.Sabda Rasulullah:
“Sesungguhnya Allah Taala
tidak melihat pada tubuh dan rupa kamu (gambaran lahir kamu) tetapi
dia melihat pada hati kamu. (Riwayat Muslim)
Uwais Al Qarni adalah
termasuk dari golongan wali yang dipilih secara Mauhibah. Rasulullah
tidak pernah bertemu dengan Uwais tetapi segala hal-ihwal Uwais
diketahui karena Rasullah telah mendapat perkhabaran dari langit.
Rasulullah telah berpesan kepada sahabat:
“Hai Umar dan hai Ali,
apabila nanti kamu menemui Uwais Al Qarni, mintalah kepadanya supaya
ia meminta ampun untuk kamu berdua kepada Allah karena orang yang
makbul doanya”
Uwais adalah sebaik-baik
tabi'in (Afdolul Tabi'in). Tidak terkenal dibumi tetapi terkenal
dilangit. Hanya orang tertentu saja yang mengenalinya.Ia ibarat
permata yang hanya dikenali oleh jauhar (jiwa). Sejak dari kecil,
Uwais hanya hidup dengan minum air mentah dan makan temar. Uwais
sangat kuat beribadah tetapi apabila datang panggilan jihad, beliau
terus melompat laksana singa yang garang.Beliau telah berperang
melawan Romawi Timur dan mempertahankan Sayidina Ali bin Abu Talib
dalam peperangan Siffin.
Orang bertanya kepada Uwais
: “Bagaimana tuan dapat sampai kepada kedudukan yang demikian
tinggi?” Jawabannya: “ Saya hidup pada maqam takut kepada Tuhan.
Manakala seseorang itu telah sampai ke sini, iapun akan takut kepada
Tuhan seperti berdosa membunuh semua manusia.”
Demikian juga dengan
pemilihan Bisyru Al Haafi (Bisyru yang tidak beralas kaki) sebagai
wali melalui Mauhibah.Bisyru pada awalnya adalah seorang hartawan di
Baghdad. Hidupnya siang dan malam hanya semata-mata berpoya-poya
dengan kemewahan, arak dan wanita.Cahaya Allah melimpah kehatinya
hanya disebabkan teguran dari seorang tamu yang tidak dikenali yang
telah menimbulkan rasa keinsafan.Sedang Bisyru menghirup nikmat dunia
dengan galaknya, tiba-tiba datang tamu tersebut lalu mengetuk pintu
rumahnya dengan keras sekali.Seorang jariyah (Hamba wanita) telah
keluar untuk melihat siapakah yang datang.Tamu itu bertanya kepada
jariyah : “Yang empunya rumah ini orang merdeka atau hamba?”
Jariyah itu pun menjawab,
“Seorang merdeka dari golongan pertuanan”
“Engkau telah berkata
benar,” kata tamu lagi setelah mendengar jawaban dari jariyah.
“Kalau ia seorang hamba tentu ia akan melakukan adab-adab seorang
yang hamba bahkan ia akan meninggalkan segala macam permainan yang
sia-sia itu karena takut akan Tuhannya.”
Setelah itu tamu tersebut
pun berlalu. Kata-kata dari tamu yang tidak dikenali itu telah
disampaikan oleh jariyah kepada Bisyru.Di saat itu juga hati Bisyru
bergoncang dan beliau terus mengejar orang itu sampai terlupa untuk
memakai sepatu sehingga akhirnya hayatnya. Justru itu lah Bisyru
mendapat gelaran Al Haafi atau ' yang tidak beralas kaki '
Akhirnya tamu yang dicari
ditemui lalu Bisyru meminta ia mengulangi kata-katanya. Apabila
diulang, maka bertambahlah kuatlah kegoncangan hatinya. Lantaran itu,
Bisyru telah melangkah kaki meninggalkan segala kegembiraan dunia
untuk mencari ketenangan yang hakiki.Bisyru tidak lagi menjadi budak
duniawi, tetapi menjadi orang yang merdeka.Disebabkan Bisyru
menyerahkan dirinya kepada Allah maka Allah berikan perlindungan-Nya.
Allah juga telah pancarkan cahaya iman dan kelezatan keyakinan kepada
Bisyru.
Bisyru telah berjaya
menguasai dunia karena beliau telah berjaya menguasai nafsunya dengan
petunjuk terus dari Allah. Bisyru telah menjadi seseorang sufi yang
besar karena ilmunya adalah cahaya dari Allah. Derajat yang diperoleh
oleh Bisyru secara tidak langsung telah menimbulkan penghormatan
orang ramai terhadapnya termasuk khalifah Al Makmun yang memerintah
ketika itu.
Pemilihan wali melalui
Mauhibah tidak terbatas kepada kalangan mereka yang mempunyai rekod
baik sahaja. Ada yang dipilih setelah bergelumang dengan kehidupan
duniawi dan ada yang dipilih sejak dari kecil lagi seperti pemilihan
Abu Yazid Al Bistami. Abu Yazid mendapat pengawalan dari Allah sejak
dari dalam kandungan ibunya lagi. Apabila ibunya diberi makan halal
maka dengan mudah tangan ibunya mengambil makanan tersebut. Tetapi
apabila diserahkan kepada ibunya makanan yang tidak pasti halalnya
maka secara spontan tangan ibunya menolak.
Pengawalan dari Allah
terhadap Abu Yazid berterusan dalam proses perbesarannya sehinggalah
sampai nur ilahi kepadanya sudah baligh. Sepanjang hayat Abu Yazid
dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah SWT. Begitulah pemilihan
secara Mauhibah terhadap Abu Yazid Al Bustami seorang islam sufi yang
tidak boleh kita pertikaikan karena itu adalah termasuk urusan Allah.
Ramai lagi wali-wali Allah
yan dipilih secara Mauhibah tidak ditulis di dalam buku ini seperti
ramainya wali-wali yang melalui suluk untuk menuju kepada Allah swt.
Ada di antara mereka yang tertonjol namanya pada masyarakat umum dan
ada yang hanya diketahui oleh Allah swt.
Kedua : Menjadi Wali melalui
suluk. (Melalui proses mujahadah di bawah pimpinan guru mursyid)
Golongan ini dinamakan juga
dengan panggilan murid yaitu orang yang berkehendak ataupun salik
yaitu orang yang melalui suluk. Mereka bukan dipilih secara Mauhibah
tetapi mereka memilih jalan untuk menjadi kekasih Allah dengan
menempuh segala rintangan.menjadi wali melalui cara kedua inilah yang
hendak kita perbincangkan secara serius sebab jalan ini terbuka luas
kepada sesiapa yang berminat sampai orang yang hidupnya selama ini
penuh dengan kejahatan sekalipun.
Jalan yang ditempuh untuk
menjadi wali Allah boleh dikiaskan dengan jalan untuk menjadi wali
nikah. maksudnya mesti ada kedudukan yang munasabah. Diantaranya,wali
nikah hendaknya memiliki anak perempuan dan anak perempuan itu pula
mestilah dari nikah yang sah. Kemudian ada lelaki yang mau mengawini
anak perempuannya, dan anak perempuannya pula bersetuju ntuk
dinikahkan dengan lelaki tersebut. Ia pula bersetuju untuk menikahkan
mereka. Pendek kata dalam semua hal karna ada persetujuan antara si
ayah, anak perempuan dan pengantin lelaki.
Untuk difahami dengan lebih
jelas, seorang yang ingin menjadi wali Allah mesti ada persediaan
terlebih dahulu .Diantaranya : mempunyai hubungan dengan Allah
melalui iman yang sah, meninggalkan larangan Allah yang yang haram
serta makruh dan melaksanakan perintah wajib serta sunat, mengawal
diri dari perangkap hawa nafsu dan syaitan. kesimpulannya untuk
menjadi wali, jalan awalnya ialah dengan mujahadatunnafsi. Apabila
nafsu dapat dipatahkan maka syaitan tidak ada jembatan untuk meniti
didalam badan dan dengan yang demikian maka mudahlah iman
dipertingkatkan. (Sumber Buku Bagaimana Menjadi Wali).
No comments:
Post a Comment