Bagaimana menjadi wali bag. 1

Firman Allah :
“Ingatlah bahwa sesungguhnya wali-wali Allah tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak pula berdukacita. Mereka adalah orang-orang yang beriman dan senantiasa bertaqwa. Bagi mereka itu berita gembira dalam kehidupan didunia dan kehidupan akhirat. Tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah.Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (Yunus 62-64)
Untuk jadi wali nikah memang mudah, tetapi untuk menjadi wali Allah seperi yang tertera dalam ayat Al Quran di atas, seseorang itu perlu beberapa proses pembedahan ke arah pembersihan rohani sama ada secara langsung dari Allah atau pun melalui proses mujahadah dibawah pimpinan guru mursyid yang dinamakan suluk.
Firman Allah :
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya. (Asy syams :9)
Proses pembedahan ini bukanlah mudah untuk ditempuh atau ditanggung. Ia jauh lebih payah dan sakit daripada pembedahan zahiriah untuk membuang penyakit zahiriah. Banyak yang gagal tetapi bagi mereka yang menang,mereka memperolehi segala janji Allah yaitu kehidupan gembira di dunia dan kehidupan gembira di akhirat.
Secara umum terdapat dua cara untuk menjadi wali: Pertama melalui Mauhibah (pilihan terus dari Allah ) dan Kedua melalui suluk (melalui proses mujahadah dibawah pimpinan guru mursyid). Menjadi wali melalui Mauhibah ibarat seseorang yang bercita-cita untuk menuju ke sebuah pulau dan boleh sampai dengan sekedip mata tanpa menaiki sampan dan menempuh bahaya dilautan.Menjadi wali melalui suluk ibarat seorang yang bercita-cita untuk menuju ke sebuah pulau tetapi terpaksa melalui segala rintangan di lautan yang kadang-kadang bahayanya diluar daripada jangkauan akal.

Pertama :Menjadi Wali melalui Mauhibah.(pilihan terus dari Allah )
Golongan ini dinamakan juga dengan panggilan Murad “ Orang yang dikehendaki.” Mereka dikehendaki mendapat petunjuk terus dari Allah untuk menjadi kekasih-Nya tanpa melalui pimpinan guru mursyid atau tanpa melalui proses mujahadah yang lama.Menjadi wali melalui Mauhibah tidak perlu diperbahas panjang lebar karena itu adalah urusan Allah.Allah yang berhak menentukan mana satu hamba yang dicintai untuk diangkat menjadi wali tanpa campur tangan dari manusia .Selalunya golongan Murad (orang yang dikehendaki) memiliki amalan tersembunyi yang relatif tetapi sungguh istimewa bagi pandangan Allah.
Antara yang paling jelas dalam sejarah ialah pemilihan seorang rahib Kristian dari Konstantinople menjadi wali.Allah mengangkat rahib tersebut menjadi kekasih-Nya atas sebab kebersihan jiwanya meskipun masih beragama Kristian.Setelah beliau mengucap dua kalimah syahadah terus diangkat menjadi wali.Sabda Rasulullah:
“Sesungguhnya Allah Taala tidak melihat pada tubuh dan rupa kamu (gambaran lahir kamu) tetapi dia melihat pada hati kamu. (Riwayat Muslim)
Uwais Al Qarni adalah termasuk dari golongan wali yang dipilih secara Mauhibah. Rasulullah tidak pernah bertemu dengan Uwais tetapi segala hal-ihwal Uwais diketahui karena Rasullah telah mendapat perkhabaran dari langit. Rasulullah telah berpesan kepada sahabat:
“Hai Umar dan hai Ali, apabila nanti kamu menemui Uwais Al Qarni, mintalah kepadanya supaya ia meminta ampun untuk kamu berdua kepada Allah karena orang yang makbul doanya”
Uwais adalah sebaik-baik tabi'in (Afdolul Tabi'in). Tidak terkenal dibumi tetapi terkenal dilangit. Hanya orang tertentu saja yang mengenalinya.Ia ibarat permata yang hanya dikenali oleh jauhar (jiwa). Sejak dari kecil, Uwais hanya hidup dengan minum air mentah dan makan temar. Uwais sangat kuat beribadah tetapi apabila datang panggilan jihad, beliau terus melompat laksana singa yang garang.Beliau telah berperang melawan Romawi Timur dan mempertahankan Sayidina Ali bin Abu Talib dalam peperangan Siffin.
Orang bertanya kepada Uwais : “Bagaimana tuan dapat sampai kepada kedudukan yang demikian tinggi?” Jawabannya: “ Saya hidup pada maqam takut kepada Tuhan. Manakala seseorang itu telah sampai ke sini, iapun akan takut kepada Tuhan seperti berdosa membunuh semua manusia.”
Demikian juga dengan pemilihan Bisyru Al Haafi (Bisyru yang tidak beralas kaki) sebagai wali melalui Mauhibah.Bisyru pada awalnya adalah seorang hartawan di Baghdad. Hidupnya siang dan malam hanya semata-mata berpoya-poya dengan kemewahan, arak dan wanita.Cahaya Allah melimpah kehatinya hanya disebabkan teguran dari seorang tamu yang tidak dikenali yang telah menimbulkan rasa keinsafan.Sedang Bisyru menghirup nikmat dunia dengan galaknya, tiba-tiba datang tamu tersebut lalu mengetuk pintu rumahnya dengan keras sekali.Seorang jariyah (Hamba wanita) telah keluar untuk melihat siapakah yang datang.Tamu itu bertanya kepada jariyah : “Yang empunya rumah ini orang merdeka atau hamba?”
Jariyah itu pun menjawab, “Seorang merdeka dari golongan pertuanan”
“Engkau telah berkata benar,” kata tamu lagi setelah mendengar jawaban dari jariyah. “Kalau ia seorang hamba tentu ia akan melakukan adab-adab seorang yang hamba bahkan ia akan meninggalkan segala macam permainan yang sia-sia itu karena takut akan Tuhannya.”
Setelah itu tamu tersebut pun berlalu. Kata-kata dari tamu yang tidak dikenali itu telah disampaikan oleh jariyah kepada Bisyru.Di saat itu juga hati Bisyru bergoncang dan beliau terus mengejar orang itu sampai terlupa untuk memakai sepatu sehingga akhirnya hayatnya. Justru itu lah Bisyru mendapat gelaran Al Haafi atau ' yang tidak beralas kaki '
Akhirnya tamu yang dicari ditemui lalu Bisyru meminta ia mengulangi kata-katanya. Apabila diulang, maka bertambahlah kuatlah kegoncangan hatinya. Lantaran itu, Bisyru telah melangkah kaki meninggalkan segala kegembiraan dunia untuk mencari ketenangan yang hakiki.Bisyru tidak lagi menjadi budak duniawi, tetapi menjadi orang yang merdeka.Disebabkan Bisyru menyerahkan dirinya kepada Allah maka Allah berikan perlindungan-Nya. Allah juga telah pancarkan cahaya iman dan kelezatan keyakinan kepada Bisyru.
Bisyru telah berjaya menguasai dunia karena beliau telah berjaya menguasai nafsunya dengan petunjuk terus dari Allah. Bisyru telah menjadi seseorang sufi yang besar karena ilmunya adalah cahaya dari Allah. Derajat yang diperoleh oleh Bisyru secara tidak langsung telah menimbulkan penghormatan orang ramai terhadapnya termasuk khalifah Al Makmun yang memerintah ketika itu.
Pemilihan wali melalui Mauhibah tidak terbatas kepada kalangan mereka yang mempunyai rekod baik sahaja. Ada yang dipilih setelah bergelumang dengan kehidupan duniawi dan ada yang dipilih sejak dari kecil lagi seperti pemilihan Abu Yazid Al Bistami. Abu Yazid mendapat pengawalan dari Allah sejak dari dalam kandungan ibunya lagi. Apabila ibunya diberi makan halal maka dengan mudah tangan ibunya mengambil makanan tersebut. Tetapi apabila diserahkan kepada ibunya makanan yang tidak pasti halalnya maka secara spontan tangan ibunya menolak.
Pengawalan dari Allah terhadap Abu Yazid berterusan dalam proses perbesarannya sehinggalah sampai nur ilahi kepadanya sudah baligh. Sepanjang hayat Abu Yazid dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah SWT. Begitulah pemilihan secara Mauhibah terhadap Abu Yazid Al Bustami seorang islam sufi yang tidak boleh kita pertikaikan karena itu adalah termasuk urusan Allah.
Ramai lagi wali-wali Allah yan dipilih secara Mauhibah tidak ditulis di dalam buku ini seperti ramainya wali-wali yang melalui suluk untuk menuju kepada Allah swt. Ada di antara mereka yang tertonjol namanya pada masyarakat umum dan ada yang hanya diketahui oleh Allah swt.
Kedua : Menjadi Wali melalui suluk. (Melalui proses mujahadah di bawah pimpinan guru mursyid)
Golongan ini dinamakan juga dengan panggilan murid yaitu orang yang berkehendak ataupun salik yaitu orang yang melalui suluk. Mereka bukan dipilih secara Mauhibah tetapi mereka memilih jalan untuk menjadi kekasih Allah dengan menempuh segala rintangan.menjadi wali melalui cara kedua inilah yang hendak kita perbincangkan secara serius sebab jalan ini terbuka luas kepada sesiapa yang berminat sampai orang yang hidupnya selama ini penuh dengan kejahatan sekalipun.
Jalan yang ditempuh untuk menjadi wali Allah boleh dikiaskan dengan jalan untuk menjadi wali nikah. maksudnya mesti ada kedudukan yang munasabah. Diantaranya,wali nikah hendaknya memiliki anak perempuan dan anak perempuan itu pula mestilah dari nikah yang sah. Kemudian ada lelaki yang mau mengawini anak perempuannya, dan anak perempuannya pula bersetuju ntuk dinikahkan dengan lelaki tersebut. Ia pula bersetuju untuk menikahkan mereka. Pendek kata dalam semua hal karna ada persetujuan antara si ayah, anak perempuan dan pengantin lelaki.
Untuk difahami dengan lebih jelas, seorang yang ingin menjadi wali Allah mesti ada persediaan terlebih dahulu .Diantaranya : mempunyai hubungan dengan Allah melalui iman yang sah, meninggalkan larangan Allah yang yang haram serta makruh dan melaksanakan perintah wajib serta sunat, mengawal diri dari perangkap hawa nafsu dan syaitan. kesimpulannya untuk menjadi wali, jalan awalnya ialah dengan mujahadatunnafsi. Apabila nafsu dapat dipatahkan maka syaitan tidak ada jembatan untuk meniti didalam badan dan dengan yang demikian maka mudahlah iman dipertingkatkan. (Sumber Buku Bagaimana Menjadi Wali).

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...