Bagaimana menjadi wali bag. 11

Adapun antara kebaikan yang diperolehi kalau seseorang pemimpin itu terdiri dari seorang wali Allah adalah seperti berikut :
1,Duduknya wali Allah pada suatu tempat dapat membawa rahmat dan menolak bala bencana pada tempat tersebut. Seperti duduknya Abu Yazid Al-Bistami di Baghdad telah membawa rahmat kepada negara tersebut dengan kehidupan yang aman makmur. Apabila penduduk di Baghdad menghalau Abu Yazid keluar dari negara tersebut selama tujuh tahun maka selama tujuh tahun itu juga negeri tersebut ditimpa kemarau panjang dan berbagai-bagai penyakit. Allah menghukum dengan berbagai azab ke atas penduduk Baghdad ketika itu karna mereka telah menyakiti kekasih-Nya. Firman Allah dalam hadits qudsi : “Sesiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku akan mengumumkan perang dengannya. (Riwayat Al-Bukhari)
Hanya orang-orang yang beriman saja yang mengetahui malapetaka yang menimpa negara Baghdad sedangkan para penguasa dan orang-orang awam tidak mengetahuinya. Golongan yang insaf telah datang menemui Abu Yazid untuk meminta maaf dengan harapan pintu langit akan terbuka kembali untuk mengeluarkan berkah. Setelah Abu Yazid memaafkan, maka keluarlah hujan dari langit dan hilanglah segala wabah penyakit yang menimpa.
Jadi, pemerintahan pemimpin yang terdiri dari wali Allah menjadi salah satu faktor membolehkan negara berada didalam aman makmur karna pemerintahannya berada di bawah pengawalan Allah. Oleh itu hampir menjadi kewajiban kepada rakyat untuk meletakkan pemimpin yang bertaraf wali Allah didalam struktur pemerintahan karna sistem demokrasi memberi kuasa kepada rakyat untuk membuat pilihan. Gunakan peluang ini untuk mencapai keuntungan di dunia dan keuntungan diakhirat.
2,Wali Allah dapat mengetahui sesuai peristiwa lebih awal dari berlakunya peristiwa tersebut sebab seorang wali Allah mempunyai wawasan yang tepat menurut hakikat. Ilmu wali Allah datang dari dalam hati melalui pintu yang terbuka luas ke alam malakut. Banyak rahasia-rahasia tuhan yang diberikan kepadanya termasuk ketetapan-ketetapan Allah pada makhluk, seperti seorang pembantu raja banyak mengetahui tentang perancangan-perancangan rajanya. Syeikh Hamad Dabbas dengan pandangannya yang dapat menembus alam malakut telah dapat melihat Abul Muzaffar akan ditimpa bencana ketika perjalanannya bersama kafilah menuju ke Syria. Bala tersebut telah ditolak oleh Syeikh Abdul Kadir Jailani dengan doa. Firman Allah : “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku Kabulkan.” (Al-Mukmin:60)
dengan demikian, pemimpin yang bertaraf wali sangat diperlukan untuk membawa keamanan kepada negara yang diperintahnya. Mereka dapat mengatur persediaan lebih awal sebelum berlakunya sesuatu peristiwa yang tidak diingini.
Seperti Nabi Yusuf membuat persediaan sebelum datangnya kemarau panjang yang bakal menimpa negara Mesir dengan pengetahuan yang diberi Allah kepadanya melalui kebolehan mentadbir mimpi. Raja Mesir telah bermimpi melihat tujuh sapi yang gemuk dimakan oleh tujuh sapi kurus. Dan melihat tujuh tangkai yang hijau dimakan oleh tujuh tangkai yang kering. Nabi Yusuf mentadbir bahwa negara mesir akan hidup aman makmur selama tujuh tahun dan kemudian akan ditimpa kemarau selama tujuh tahun . Wawasan nabi Yusuf yang tepat menurut hakikat telah memberi peluang kepada rakyat Mesir membuat persiapan dengan menyimpan bekal makanan sebelum tibanya kemarau panjang.
3, Wali Allah dapat mengetahui masalah masyarakat dengan pandangan mukasyafah atau gerakan hati dari Tuhan. Pemerintahan menjadi runcing apabila masalah-masalah rakyat tidak dapat diselesaikan malah bertambah dari hari ke hari. Pemimpin yang terdiri daripada orang awam hanya mampu menyelesaikan masalah rakyat yang datang mengadu kepadanya tetapi tidak dapat menyelesaikan masalah yang berada diluar pikiran dan pandangan matanya, sampai masalah hatinya sendiri tidak dapat diselesaikan.
Berikut adalah salah satu kisah dari beribu-ribu kisah para wali Allah yang dapat menyelesaikan masalah masyarakat dengan pandangan mukasyafah atau gerakan hati. Pada suatu malam Junaid Al-Baghdadi tidak dapat tidur dan tidak dapat menemui kelezatan berwirid. Suasana sekeliling tidak tenang lebih-lebih lagi apabila dilihat rumahnya seakan-akan mau runtuh. Lalu ia pun keluar dengan harapan dapat bertemu dengan puncak kejadian yang berlaku pada dirinya.
Junaid telah bertemu dengan seorang lelaki yang sedang berselimut lalu lelaki tersebut mencampakkan selimutnya dan mengangkat kepala. “Engkau datang menemui saya wahai Abul Qasim?” tanyanya.
“Memang tidak ada janji terlebih dahulu.” jawab Junaid.
“Benar tuan.” Abu Qasim bersetuju.
“Saya yang meminta kepada Tuhan supaya menggerakkan hati tuan untuk keluar rumah karna saya sangat berhajat untuk bertanya satu soalan. Bilakah penyakit hati dapat diobati?”
“Manakala tuan telah berjaya melawan nafsu.” jawab Junaid.
Maka berkatalah lelaki tersebut, “Dengarlah wahai jiwaku. Sudah tujuh kali aku katakan demikian tetapi engkau tidak mengindahkannya, sehinggalah Junaid yang berkata beitu.”
Kemampuan wali Allah menyelesaikan masalah-masalah yang kecil adalah satu petanda bahwa mereka mampu untuk menyelesaikan masalah-masalah yang besar. Mana bisa seorang pemimpin boleh menyelesaikan masalah besar rakyatnya kalau masalah kecil tidak dapat diselesaikan, sebab setiap yang besar bermula dari yang kecil.
4, Wali Allah bukan sekadar mampu menyelesaikan masalah antara manusia dengan manusia, tetapi juga mampu menyelesaikan masalah antara manusia dengan roh, syaithan, jin atau binatang. Seorang pemimpin kena memahami bahwa rakyat yang diperintahnya mempunyai berbagai corak fikiran, perasaan, pengalaman, kecenderungan, budaya dan alam sekeliling. Karna banyak jenisnya ini mengakibatkan masalah-masalah yang timbul itu berbeda-beda. Misalnya masalah yang timbul bagi manusia yang berada di kutub utara tentu berlainan dengan masalah manusia yang duduk ditengah padang pasir sahara. Semua masalah ini hanya mampu diselesaikan oleh seorang pemimpin yang bertaraf wali.
Syeikh Abdul Kadir Jailani pernah didatangi oleh seorang lelaki yang bernama Abu Said bin Ahmad. Abu Said mengadu masalah tentang anak perempuannya yang berusia 16 tahun telah dilarikan oleh jin. Syeikh Abdul Kadir Jailani menyuruh Abu Said Ahmad pergi ke sebuah runtuhan 'Karkh', sebuah 'Mahallah' di Baghdad. Beliau diarah duduk dibawah bonggol yang kelima didalam bulatan yang dilukis sambil membaca doa yang diberi oleh Syeikh Abdul Kadir Jailani. Syeikh Abdul Kadir berkata bahwa ditengah malam nanti akan kelihatan banyak jin yang datang dalam wajah yang menakutkan tapi mereka tidak akan mencederakan Abu Said Ahmad dan tidak dapat melintasi bulatan tersebut. Beliau akan bertemu dengan raja jin dan katakan bahwa Syeikh Abdul Kadir Jailani meminta raja jin mencarikan anak perempuannya yang hilang.
Segala pesanan Syeikh Abdul Kadir Jailani dituruti dengan patuh dan berlakulah seperti apa yang telah digambarkan. Melintaslah segala rupa bentuk jin dan akhirnya tibalah kedatangan raja jin bersama bala tentaranya dengan menunggang kuda. Raja jin telah berhenti dihadapan bulatan dan bertanya apakah masalahnya.
Jawab Abu Said Ahmad, “Syeikh Abdul Kadir Jailani menyuruh aku berjumpa dengan engkau untuk tolong carikan anak perempuan yang telah dilarikan oleh salah seorang dari kaummu.”
Lalu raja jin bertanya kepada sekalian jin-jin tetapi tiada seorang yang mengakuinya. Tidak beberapa lama selepas itu, seorang jin dari negeri Cina telah datang membawa anak perempuan Abu Said Ahmad. Raja jin bertanya, “Mengapa kamu larikan anak perempuan itu dari sisi Syeikh Abdul Kadir Jailani?” jawab jin tersebut, “Aku telah jatuh cinta kepadanya.” Raja jin itu telah memenggal kepala jin tersebut dan anak perempuan Abu Said Ahmad dipulangkan.
Seorang pemimpin yang bertaraf wali Allah boleh membuat arahan pada rakyatnya pada jarak yang jauh tanpa menggunakan alat-alat komunikasi termodern. Alat-alat komunikasi ciptaan manusia terbatas kemampuannya karna mudah rusak dan tidak sampai pada semua tempat. Seringkali maklumat-maklumat yang penting tidak sampai dengan segera.
Inilah masalah-masalah yang sering dihadapi oleh mereka yang bertugas di kementerian pertahanan. Sepatutnya, perancangan musuh perlu diketahui lebih awal supaya setiap serangan ada tangkisannya ataupun sebelum diserang sudah dibunuh mati. Arahan juga mesti disampaikan dengan segera tanpa memberi peluang kepada musuh untuk menyusun kekuatan atau untuk memberi peluang kepada kita menyusun kekuatan. Hanya pemimpin yang bertaraf wali saja mampu menyelesaikan masalah-masalah yang sedemikian.
Dengan pandangan yang mukasyafah, Sayidina Umar telah melihat tentaranya di Nahawand terperangkap didalam kepungan musuh dari Parsi. Dengan suara yang lantang Sayidina Umar memberi arahan dari mimbar Masjid Madinah kepda komando tentara muslimin : “Wahai Saria, larilah ke bukit!” Suara Sayidina Umar jelas didengari oleh tentara muslimin dan mereka semua bergegas lari berlindung ke bukit. Pukulan maut dari musuh bisa dipatahkan dengan bantuan Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman dan bertaqwa yaitu para wali-wali.
Terdapat berbagai-bagai kemudahan lagi yang boleh diperolehi oleh struktur pemerintahan dan sekalian rakyat kalau pemimpinnya bertaraf wali. Pemimpin bertaraf wali tidak payah membeli hati rakyat dan ketaatan mereka dengan uang ringgit. Kesetiaan dan ketaatan wali Allah kepada Tuhannya telah menjamin kesetiaan dan ketaatan rakyat dan sekalian makhluk kepadanya. Seorang yang dikasihi Allah akan dikasihi oleh sekalian makhluk.
Ibrahim bin Adham seorang wali besar pernah ditanya, “Mengapa kamu meninggalkan kerajaan Balk?”
Ibrahim tidak menjawabnya dengan lisan tetapi menjawabnya dengan perbuatan. Ibrahim telah membuang sebentuk cincinnya kedalam lautan. Selepas itu berduyun-duyun ikan emas timbul dipermukaan air lalu menghampiri beliau. Akhirnya timbullah seekor ikan kecil membawa cincinnya. Kata Ibrahim : “Kalau aku mau, lebih daripada yang engkau lihat boleh aku peroleh.” Maksudnya, seorang wali boleh memiliki isi dunia kalau mereka mau dan binatang-binatang boleh memberi kepatuhan, apatah lagi kalau kepatuhan dari manusia yang mereka mau.
Imam sufi besar, Sahl At-Tasatturi telah bercerita bahwa beliau pernah seorang wali Allah bersembahyang disatu tempat yang lapang, sedangkan dibelakangnya diikuti oleh roh-roh orang mukmin, para malaikat dan jin-jin Islam. Kalau makhluk dialam ghaib boleh memberi ketaatan kepada wali-wali, tentulah manusia yang hidup dialam nyata boleh beri ketaatan yang lebih dari itu.
Kesimpulannya, pemimpin bertaraf wali amat dirindui oleh dunia terutama orang-orang mukmin untuk menyelesaikan segala masalah manusia yang sudah semakin kronis, masalah yang tidak lagi dapat diselesaikan oleh akal dan kemajuan sains dan teknologi. Mudah-mudahan dengan berkah kepemimpinan wali Allah, dunia ini akan kembali aman dan tenteram. Pemimpin yang ada sekarang hendaklah sadar bahwa mereka sudah tidak layak memegang teraju negara sebagai pemerintah. Tujuan memerintah adalah untuk mengwujudkan keamanan bukan membawa kesengsaraan. Sedangkan pemimpin hari ini lebih banyak membawa huru-hara kepada dunia dari mengajak manusia untuk taat kepada tuhan. (Sumber buku 'Buku Bagaimana menjadi wali hal 79-85 karya Ust Abdul Halim Abbas dengan sedikit edit kata-kata)

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...