Adapun antara kebaikan yang diperolehi
kalau seseorang pemimpin itu terdiri dari seorang wali Allah adalah
seperti berikut :
1,Duduknya wali Allah pada suatu tempat
dapat membawa rahmat dan menolak bala bencana pada tempat tersebut.
Seperti duduknya Abu Yazid Al-Bistami di Baghdad telah membawa rahmat
kepada negara tersebut dengan kehidupan yang aman makmur. Apabila
penduduk di Baghdad menghalau Abu Yazid keluar dari negara tersebut
selama tujuh tahun maka selama tujuh tahun itu juga negeri tersebut
ditimpa kemarau panjang dan berbagai-bagai penyakit. Allah menghukum
dengan berbagai azab ke atas penduduk Baghdad ketika itu karna mereka
telah menyakiti kekasih-Nya. Firman Allah dalam hadits qudsi :
“Sesiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku akan mengumumkan perang
dengannya. (Riwayat Al-Bukhari)
Hanya orang-orang yang beriman saja
yang mengetahui malapetaka yang menimpa negara Baghdad sedangkan para
penguasa dan orang-orang awam tidak mengetahuinya. Golongan yang
insaf telah datang menemui Abu Yazid untuk meminta maaf dengan
harapan pintu langit akan terbuka kembali untuk mengeluarkan berkah.
Setelah Abu Yazid memaafkan, maka keluarlah hujan dari langit dan
hilanglah segala wabah penyakit yang menimpa.
Jadi, pemerintahan pemimpin yang
terdiri dari wali Allah menjadi salah satu faktor membolehkan negara
berada didalam aman makmur karna pemerintahannya berada di bawah
pengawalan Allah. Oleh itu hampir menjadi kewajiban kepada rakyat
untuk meletakkan pemimpin yang bertaraf wali Allah didalam struktur
pemerintahan karna sistem demokrasi memberi kuasa kepada rakyat untuk
membuat pilihan. Gunakan peluang ini untuk mencapai keuntungan di
dunia dan keuntungan diakhirat.
2,Wali Allah dapat mengetahui sesuai
peristiwa lebih awal dari berlakunya peristiwa tersebut sebab seorang
wali Allah mempunyai wawasan yang tepat menurut hakikat. Ilmu wali
Allah datang dari dalam hati melalui pintu yang terbuka luas ke alam
malakut. Banyak rahasia-rahasia tuhan yang diberikan kepadanya
termasuk ketetapan-ketetapan Allah pada makhluk, seperti seorang
pembantu raja banyak mengetahui tentang perancangan-perancangan
rajanya. Syeikh Hamad Dabbas dengan pandangannya yang dapat menembus
alam malakut telah dapat melihat Abul Muzaffar akan ditimpa bencana
ketika perjalanannya bersama kafilah menuju ke Syria. Bala tersebut
telah ditolak oleh Syeikh Abdul Kadir Jailani dengan doa. Firman
Allah : “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku Kabulkan.”
(Al-Mukmin:60)
dengan demikian, pemimpin yang bertaraf
wali sangat diperlukan untuk membawa keamanan kepada negara yang
diperintahnya. Mereka dapat mengatur persediaan lebih awal sebelum
berlakunya sesuatu peristiwa yang tidak diingini.
Seperti Nabi Yusuf membuat persediaan
sebelum datangnya kemarau panjang yang bakal menimpa negara Mesir
dengan pengetahuan yang diberi Allah kepadanya melalui kebolehan
mentadbir mimpi. Raja Mesir telah bermimpi melihat tujuh sapi yang
gemuk dimakan oleh tujuh sapi kurus. Dan melihat tujuh tangkai yang
hijau dimakan oleh tujuh tangkai yang kering. Nabi Yusuf mentadbir
bahwa negara mesir akan hidup aman makmur selama tujuh tahun dan
kemudian akan ditimpa kemarau selama tujuh tahun . Wawasan nabi Yusuf
yang tepat menurut hakikat telah memberi peluang kepada rakyat Mesir
membuat persiapan dengan menyimpan bekal makanan sebelum tibanya
kemarau panjang.
3, Wali Allah dapat mengetahui masalah
masyarakat dengan pandangan mukasyafah atau gerakan hati dari Tuhan.
Pemerintahan menjadi runcing apabila masalah-masalah rakyat tidak
dapat diselesaikan malah bertambah dari hari ke hari. Pemimpin yang
terdiri daripada orang awam hanya mampu menyelesaikan masalah rakyat
yang datang mengadu kepadanya tetapi tidak dapat menyelesaikan
masalah yang berada diluar pikiran dan pandangan matanya, sampai
masalah hatinya sendiri tidak dapat diselesaikan.
Berikut adalah salah satu kisah dari
beribu-ribu kisah para wali Allah yang dapat menyelesaikan masalah
masyarakat dengan pandangan mukasyafah atau gerakan hati. Pada suatu
malam Junaid Al-Baghdadi tidak dapat tidur dan tidak dapat menemui
kelezatan berwirid. Suasana sekeliling tidak tenang lebih-lebih lagi
apabila dilihat rumahnya seakan-akan mau runtuh. Lalu ia pun keluar
dengan harapan dapat bertemu dengan puncak kejadian yang berlaku pada
dirinya.
Junaid telah bertemu dengan seorang
lelaki yang sedang berselimut lalu lelaki tersebut mencampakkan
selimutnya dan mengangkat kepala. “Engkau datang menemui saya wahai
Abul Qasim?” tanyanya.
“Memang tidak ada janji terlebih
dahulu.” jawab Junaid.
“Benar tuan.” Abu Qasim bersetuju.
“Saya yang meminta kepada Tuhan
supaya menggerakkan hati tuan untuk keluar rumah karna saya sangat
berhajat untuk bertanya satu soalan. Bilakah penyakit hati dapat
diobati?”
“Manakala tuan telah berjaya melawan
nafsu.” jawab Junaid.
Maka berkatalah lelaki tersebut,
“Dengarlah wahai jiwaku. Sudah tujuh kali aku katakan demikian
tetapi engkau tidak mengindahkannya, sehinggalah Junaid yang berkata
beitu.”
Kemampuan wali Allah menyelesaikan
masalah-masalah yang kecil adalah satu petanda bahwa mereka mampu
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang besar. Mana bisa seorang
pemimpin boleh menyelesaikan masalah besar rakyatnya kalau masalah
kecil tidak dapat diselesaikan, sebab setiap yang besar bermula dari
yang kecil.
4, Wali Allah bukan sekadar mampu
menyelesaikan masalah antara manusia dengan manusia, tetapi juga
mampu menyelesaikan masalah antara manusia dengan roh, syaithan, jin
atau binatang. Seorang pemimpin kena memahami bahwa rakyat yang
diperintahnya mempunyai berbagai corak fikiran, perasaan, pengalaman,
kecenderungan, budaya dan alam sekeliling. Karna banyak jenisnya ini
mengakibatkan masalah-masalah yang timbul itu berbeda-beda. Misalnya
masalah yang timbul bagi manusia yang berada di kutub utara tentu
berlainan dengan masalah manusia yang duduk ditengah padang pasir
sahara. Semua masalah ini hanya mampu diselesaikan oleh seorang
pemimpin yang bertaraf wali.
Syeikh Abdul Kadir Jailani pernah
didatangi oleh seorang lelaki yang bernama Abu Said bin Ahmad. Abu
Said mengadu masalah tentang anak perempuannya yang berusia 16 tahun
telah dilarikan oleh jin. Syeikh Abdul Kadir Jailani menyuruh Abu
Said Ahmad pergi ke sebuah runtuhan 'Karkh', sebuah 'Mahallah' di
Baghdad. Beliau diarah duduk dibawah bonggol yang kelima didalam
bulatan yang dilukis sambil membaca doa yang diberi oleh Syeikh Abdul
Kadir Jailani. Syeikh Abdul Kadir berkata bahwa ditengah malam nanti
akan kelihatan banyak jin yang datang dalam wajah yang menakutkan
tapi mereka tidak akan mencederakan Abu Said Ahmad dan tidak dapat
melintasi bulatan tersebut. Beliau akan bertemu dengan raja jin dan
katakan bahwa Syeikh Abdul Kadir Jailani meminta raja jin mencarikan
anak perempuannya yang hilang.
Segala pesanan Syeikh Abdul Kadir
Jailani dituruti dengan patuh dan berlakulah seperti apa yang telah
digambarkan. Melintaslah segala rupa bentuk jin dan akhirnya tibalah
kedatangan raja jin bersama bala tentaranya dengan menunggang kuda.
Raja jin telah berhenti dihadapan bulatan dan bertanya apakah
masalahnya.
Jawab Abu Said Ahmad, “Syeikh Abdul
Kadir Jailani menyuruh aku berjumpa dengan engkau untuk tolong
carikan anak perempuan yang telah dilarikan oleh salah seorang dari
kaummu.”
Lalu raja jin bertanya kepada sekalian
jin-jin tetapi tiada seorang yang mengakuinya. Tidak beberapa lama
selepas itu, seorang jin dari negeri Cina telah datang membawa anak
perempuan Abu Said Ahmad. Raja jin bertanya, “Mengapa kamu larikan
anak perempuan itu dari sisi Syeikh Abdul Kadir Jailani?” jawab jin
tersebut, “Aku telah jatuh cinta kepadanya.” Raja jin itu telah
memenggal kepala jin tersebut dan anak perempuan Abu Said Ahmad
dipulangkan.
Seorang pemimpin yang bertaraf wali
Allah boleh membuat arahan pada rakyatnya pada jarak yang jauh tanpa
menggunakan alat-alat komunikasi termodern. Alat-alat komunikasi
ciptaan manusia terbatas kemampuannya karna mudah rusak dan tidak
sampai pada semua tempat. Seringkali maklumat-maklumat yang penting
tidak sampai dengan segera.
Inilah masalah-masalah yang sering
dihadapi oleh mereka yang bertugas di kementerian pertahanan.
Sepatutnya, perancangan musuh perlu diketahui lebih awal supaya
setiap serangan ada tangkisannya ataupun sebelum diserang sudah
dibunuh mati. Arahan juga mesti disampaikan dengan segera tanpa
memberi peluang kepada musuh untuk menyusun kekuatan atau untuk
memberi peluang kepada kita menyusun kekuatan. Hanya pemimpin yang
bertaraf wali saja mampu menyelesaikan masalah-masalah yang
sedemikian.
Dengan pandangan yang mukasyafah,
Sayidina Umar telah melihat tentaranya di Nahawand terperangkap
didalam kepungan musuh dari Parsi. Dengan suara yang lantang Sayidina
Umar memberi arahan dari mimbar Masjid Madinah kepda komando tentara
muslimin : “Wahai Saria, larilah ke bukit!” Suara Sayidina Umar
jelas didengari oleh tentara muslimin dan mereka semua bergegas lari
berlindung ke bukit. Pukulan maut dari musuh bisa dipatahkan dengan
bantuan Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman dan bertaqwa yaitu
para wali-wali.
Terdapat berbagai-bagai kemudahan lagi
yang boleh diperolehi oleh struktur pemerintahan dan sekalian rakyat
kalau pemimpinnya bertaraf wali. Pemimpin bertaraf wali tidak payah
membeli hati rakyat dan ketaatan mereka dengan uang ringgit.
Kesetiaan dan ketaatan wali Allah kepada Tuhannya telah menjamin
kesetiaan dan ketaatan rakyat dan sekalian makhluk kepadanya. Seorang
yang dikasihi Allah akan dikasihi oleh sekalian makhluk.
Ibrahim bin Adham seorang wali besar
pernah ditanya, “Mengapa kamu meninggalkan kerajaan Balk?”
Ibrahim tidak menjawabnya dengan lisan
tetapi menjawabnya dengan perbuatan. Ibrahim telah membuang sebentuk
cincinnya kedalam lautan. Selepas itu berduyun-duyun ikan emas
timbul dipermukaan air lalu menghampiri beliau. Akhirnya timbullah
seekor ikan kecil membawa cincinnya. Kata Ibrahim : “Kalau aku mau,
lebih daripada yang engkau lihat boleh aku peroleh.” Maksudnya,
seorang wali boleh memiliki isi dunia kalau mereka mau dan
binatang-binatang boleh memberi kepatuhan, apatah lagi kalau
kepatuhan dari manusia yang mereka mau.
Imam sufi besar, Sahl At-Tasatturi
telah bercerita bahwa beliau pernah seorang wali Allah bersembahyang
disatu tempat yang lapang, sedangkan dibelakangnya diikuti oleh
roh-roh orang mukmin, para malaikat dan jin-jin Islam. Kalau makhluk
dialam ghaib boleh memberi ketaatan kepada wali-wali, tentulah
manusia yang hidup dialam nyata boleh beri ketaatan yang lebih dari
itu.
Kesimpulannya, pemimpin bertaraf wali
amat dirindui oleh dunia terutama orang-orang mukmin untuk
menyelesaikan segala masalah manusia yang sudah semakin kronis,
masalah yang tidak lagi dapat diselesaikan oleh akal dan kemajuan
sains dan teknologi. Mudah-mudahan dengan berkah kepemimpinan wali
Allah, dunia ini akan kembali aman dan tenteram. Pemimpin yang ada
sekarang hendaklah sadar bahwa mereka sudah tidak layak memegang
teraju negara sebagai pemerintah. Tujuan memerintah adalah untuk
mengwujudkan keamanan bukan membawa kesengsaraan. Sedangkan pemimpin
hari ini lebih banyak membawa huru-hara kepada dunia dari mengajak
manusia untuk taat kepada tuhan.
(Sumber buku 'Buku Bagaimana menjadi wali hal
79-85 karya Ust Abdul Halim Abbas dengan sedikit edit kata-kata)
No comments:
Post a Comment